Indonesia Menunggu Kebangkitan Rupiah di Tengah Huru-Hara Dunia

6 days ago 10

  • Pasar keuangan bergerak berlawanan, IHSG menguat sementara rupiah ambruk
  • Wall Street kompak menguat di tengah turunnya indeks kepercayaan konsumen AS
  • Sentimen data AS, dividen, dan mudik akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Rabu (25/3/2025). Pasar saham menguat sementara  nilai tukr rupiah jeblok dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) naik.

Pasar keuangan hari ini diharapkan kompak menguat. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel in.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup melesat 1,21% ke level 6.235,62 pada perdagangan kemarin, Selasa (25/3/2025).

Sektor finansial memimpin kenaikan dengan lonjakan 3,30%, didorong oleh saham bank-bank pelat merah. Saham BBRI naik 5,26% ke Rp 3.800, BMRI melompat 6,28% ke Rp 4.740, dan BBNI naik 4,84% ke Rp 3.900 menjelang RUPS.

IHSG berbalik arah setelah kemarin sempat anjlok 1,55% ke 6.161,22 pada Selasa. Sentimen positif datang dari pengumuman struktur pengurus Danantara yang melibatkan para bankir dan investment banker.

Selain itu, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri serta sinyal meredanya kekhawatiran pasar AS terhadap kebijakan tarif Presiden  Amerika Serikat (AS) Donald rump turut mengangkat indeks. Kenaikan ini juga didorong oleh optimisme pelaku pasar terhadap potensi percepatan pemulihan ekonomi domestik di tengah ekspektasi stabilitas suku bunga BI dalam waktu dekat.

Investor asing akhirnya juga mencatat net buy setelah berkali-kali membukukan net sell selama berhari-hari. Net sell tercatat sebesar Rp 214,64 miliar.

Sebanyak 329 saham menguat, 265 menurun dan 202 stagnan. Transaksi mencapai 17,3 saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 14,6 triliun.

Dari pasar valuta asing, nilai tukar rupiah melemah 0,24% ke Rp 16.590/US$ pada perdagangan hari kemarin (25/3/2025). Rupiah bahkan sempat menyentuh intraday di Rp 16.640/US$1 atau terendah sejak Maret 2020 dan mendekati level terendah sepanjang masa di Rp 16.800 pada Krisis 1998.

Pelemahan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan dolar AS untuk pembayaran utang luar negeri dan dividen. Indeks dolar AS (DXY) naik tipis 0,07% ke level 104,36.

Arus keluar modal dari pasar saham akibat ketidakpastian global turut menekan rupiah. Investor asing menarik dana dari pasar saham Indonesia akibat kebijakan tarif AS serta gejolak geopolitik.

Pelemahan rupiah ini diperkirakan akan menunda prospek penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia. Selain itu, volatilitas nilai tukar yang meningkat juga menekan sektor impor dan industri berbasis bahan baku impor, yang berpotensi mendorong tekanan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ditutup di level 7,205%, naik dari posisi 7,176% kemarin. Pergerakan yield mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian global dan kebijakan moneter ke depan.
Yield bergerak berlawanan terhadap harga SBN. Yield yang naik menunjukkan harga SBN yang melemah karena dijual investor.

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research