Jakarta, CNBC Indonesia - Negara Teluk seperti Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) ingin mengurangi ketergantungan pada minyak. Investasi di Asia Tenggara terutama Indonesia memberi akses ke sektor teknologi, e-commerce, dan energi hijau.
Indonesia adalah ekonomi terbesar di ASEAN, dengan populasi lebih dari 280 juta. Sektor digital, logistik, dan energi terbarukan sangat menarik. Indonesia dipandang sebagai mitra strategis G20 dan pasar besar untuk investasi.
Hubungan diplomatik yang baik, termasuk dukungan Indonesia pada proyek Saudi Vision 2030 dan UAE Vision 2050, memudahkan kerja sama investasi. Dengan tujuan menjadi pusat energi hijau, teknologi, dan logistik dunia.
Terpantau beberapa emiten di Tanah Air sempat menjadi target investasi perusahaan dari negara Saudi. Bahkan aksi akuisisi pun tak luput dari pandangan mereka, mulai dari sektor perbankan hingga komoditas.
CNBC Indonesia Research telah mencatat beberapa emiten yang diakuisisi oleh perusahaan dari Arab Saudi.
INCO
Pada Juli 2023, perusahaan Tambang asal Arab Saudi Ma'aden setuju untuk mengakuisisi 10% saham Vale Base Metals. Ini merupakan strategi perusahaan dalam berinvestasi di aset pertambangan global.
Ma'aden, melalui Manara, yang merupakan perusahaan patungan dengan dana investasi publik, menandatangani perjanjian untuk pembelian 10% saham Vale Base Metals (VBM). Adapun nilai valuasi VBM saat itu mencapai US$ 26 miliar.
"Investasi Manara ke Vale akan memainkan peran penting dalam membantu memperluas produksi tembaga dan nikel di seluruh portofolio asetnya, yang sangat penting untuk pengembangan teknologi baru yang akan menguntungkan transisi energi global," tulis pernyataan perusahaan, dikutip dari Reuters, Minggu (30/7/2023).
Transaksi ini diharapkan selesai pada 2024, dan akan dibiayai sepenuhnya oleh Ma'aden.
Sebelumnya perusahaan tambang yang berbasis di Brasil Vale S.A memang dikabarkan telah menandatangani kesepakatan penjualan 13% saham Vale Base Metals Limited (VBM) senilai US$ 3,4 miliar atau setara Rp 51 triliun (Rp 15.000/US$).
Divestasi sebesar 10% akan dibeli oleh Manara Minerals, perusahaan patungan antara lembaga investasi Arab Saudi Public Investment Fund (PIF), dan perusahaan tambang Arab Saudi Maaden. Secara bersamaan Vale juga akan menjual 3% saham VBM kepada perusahaan investasi bernama Engine No. 1.
Kesepakatan ini sekaligus menyiratkan valuasi dari VBM sebesar US$26 miliar atau setara dengan Rp390 triliun, yang mengklaim menjadi salah satu perusahaan tambang yang memiliki sumber daya dan cadangan mineral terbesar di dunia dengan lokasi di sejumlah wilayah, seperti Brasil, Kanada, dan Indonesia.
Berkantor pusat di Toronto, Kanada, Vale Base Metals adalah salah satu produsen logam grup nikel, tembaga, kobalt, dan platinum. Vale Base Metals memiliki anak usaha di Indonesia PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang dikendalikan melalui Vale Canada Limited.
Vale Indonesia atau INCO fokus pada produksi nikel dengan kapasitas produksi 75.000 metrik ton per tahun. Mayoritas bahkan hampir semua hasil produksi dari Vale Indonesia diekspor ke luar negeri dengan pembeli adalah induk usaha maupun investor lainnya, yakni Sumitomo Metal Mining Co.Ltd.
KAEF
Pada Maret 2018, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melakukan ekspansi ke Arab Saudi dengan mengakuisisi 60% saham Dawaa Medical Limited Company (Dawaa), anak usaha Marei Bin Mahfouz (MBM) Group.
KAEF menggelontorkan dana sebesar 38,1 juta Arab Saudi Riyal (SAR) atau setara Rp 140 miliar kepada Dawaa Medical melalui skema pemesanan saham baru ( share subcription ). Dawaa Medical pun merubah namanya menjadi Kimia Farma Dawaa.
Lewat penyertaan modal menjadikan Kimia Farma sebagai pemegang 60% saham Kimia Farma Dawaa yang menjadi entitas anak di Kimia Farma Group. KAEF pun menjadi pemegang saham mayoritas dengan nama perusahaan Kimia Farma Dawaa.
Arab Saudi sebagai pintu masuk ke Timur Tengah yang diestimasikan memiliki nilai pasar farmasi US$20 miliar. Untuk jangka panjang, perusahaan akan masuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Keberadaan Kimia Farma di Arab Saudi mendukung program pemerintah dalam pelayanan jamaah haji dan umrah.
Pada 2018, Kimia Farma memiliki 31 unit apotik yang tersebar di Mekkah dan Jeddah, serta dua unit distribution center . Aksi korporasi tersebut menandai beroperasinya Kimia Farma Dawaa secara efektif.
Dana penyertaan modal sebesar SAR38 juta di Kimia Farma Dawaa akan dimanfaatkan untuk menambah apotik di Mekkah dan Jeddah maupun Madinah.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)