Ahli Terkejut Temukan Mumi Berusia 5.000 Tahun yang Wangi Semerbak

1 month ago 19

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski terdengar menakutkan, siapa sangka mumi Mesir kuno ternyata memiliki aroma yang sangat harum. Hal ini diungkapkan oleh para peneliti yang penasaran terkait aroma mumi yang diawetkan tersebut.

Cecilia Bembibre, direktur penelitian di Institut Warisan Berkelanjutan Universitas College London mengatakan bahwa tim nya terkejut dengan aroma wangi yang dikeluarkan dari mumi.

"Dalam film dan buku, hal-hal buruk terjadi pada mereka yang mencium tubuh mumi. Tapi kami terkejut dengan baunya yang menyenangkan," kata Bembibre, seperti dikutip AP News.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa aroma dominan dari mumi adalah wangi kayu yang manis. Ia mengungkap bahwa aroma tersebut dari pembalseman yang digunakan untuk mengawetkan mumi.

Mumi Raja Tutankhamun terlihat di kamar makamnya di Lembah Para Raja di Luxor, Mesir, Jumat (4/11/2022)/ Mesir merayakan peringatan 100 tahun penemuan makam Tutankhamun yang ditemukan oleh pakar Mesir asal Inggris, Howard Carter, pada 1922. Raja Tut menjadi firaun Mesir kuno paling terkenal di dunia. (Photo by Fareed Kotb/Anadolu Agency via Getty Images)Foto: Mumi Raja Tutankhamun terlihat di kamar makamnya di Lembah Para Raja di Luxor, Mesir. (Photo by Fareed Kotb/Anadolu Agency via Getty Images)

"Wanginya mirip kayu yang berempah dan manis.... Ada aroma bunga juga terdeteksi, yang mungkin berasal dari getah pinus dan juniper yang digunakan dalam pembalsaman," paparnya.

Penelitian yang diterbitkan pada hari Kamis (13/2) di Jurnal American Chemical Society menggunakan analisis kimia dan panel pencium manusia untuk mengevaluasi bau dari sembilan mumi berusia 5.000 tahun yang telah disimpan atau dipajang di Museum Mesir di Kairo.

Para peneliti ingin mempelajari aroma mumi secara sistematis karena bau tersebut telah lama menjadi subjek yang menarik bagi masyarakat dan peneliti, kata Bembibre, salah satu penulis laporan tersebut.

Lukisan Foto: Lukisan yang ditemukan di makam Mesir kuno. (Dok. Egyptian Ministry of Tourism & Antiquities via thearchaeologist)

Aroma merupakan pertimbangan penting dalam proses mumifikasi yang menggunakan minyak, lilin, dan balsem untuk mengawetkan tubuh dan jiwanya untuk kehidupan setelah kematian. Praktik ini sebagian besar diperuntukkan bagi firaun dan bangsawan, dan bau yang menyenangkan dikaitkan dengan kemurnian dan dewa, sementara bau yang tidak sedap merupakan tanda kerusakan dan pembusukan.

Tanpa mengambil sampel mumi itu sendiri, yang akan bersifat invasif, para peneliti dari UCL dan Universitas Ljubljana di Slovenia dapat mengukur apakah aroma tersebut berasal dari benda arkeologi, pestisida, atau produk lain yang digunakan untuk mengawetkan jenazah, atau dari kerusakan akibat jamur, bakteri, atau mikroorganisme.

"Kami cukup khawatir akan menemukan catatan atau petunjuk tentang tubuh yang membusuk, padahal tidak demikian," kata Matija Strlič, seorang profesor kimia di Universitas Ljubljana.

"Kami secara khusus khawatir akan adanya indikasi degradasi mikroba, tetapi ternyata tidak demikian, yang berarti bahwa lingkungan di museum ini sebenarnya cukup baik dalam hal pengawetan," tambahnya.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan Kian Glowing, Produk Lokal Tampil Global

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research