10 Negara Ini Nyaris Tak Punya Utang, Kok Bisa Senyaman Itu?

11 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kondisi negara-negara maju yang tengah menghadapi masalah utang yang menggunung, beberapa negara justru tercatat nyaris tidak memiliki utang.

Utang negara merupakan seluruh kewajiban pemerintah yang membutuhkan pembayaran pokok serta bunga kepada kreditur pad waktu tertentu di masa depan.

Dalam konteks laporan Dana Moneter Internasional (IMF), data yang digunakan adalah Gross Government Debt, yakni total kewajiban pemerintah yang mencakup surat utang, pinjaman, simpanan, asuransi, pensiun, dan akun-akun terutang lainnya. Kecuali ekuitas dan instrumen keuangan turunan. Nilai utang ini dapat diukur berdasarkan harga pasar saat ini, nilai nominal, atau nilai tercatat.

Dengan kata lain, indikator ini menggambarkan total beban utang yang harus dibayar oleh pemerintah tanpa memperhitungkan aset yang dimiliki. Angka inilah yang menjadi acuan dalam laporan World Economic Outlook IMF edisi Oktober 2025.

Menariknya, di tengah maraknya negara-negara yang bergulat dengan defisit fiskal dan beban bunga tinggi, masih ada sejumlah negara yang berhasil hidup nyaris tanpa utang sama sekali. Data IMF mencatat bahwa beberapa negara memiliki rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sangat rendah bahkan.

Tiga di antaranya bahkan memiliki tingkat utang di bawah 3%, yakni Macau, Liechtenstein, dan Brunei Darussalam.

Macau

Bayangkan sebuah wilayah kecil yang ekonominya hidup dari gemerlap lampu kasino, arus turis tak pernah putus, dan hotel-hotel mewah yang menjulang di tepi laut Cina Selatan.

Itulah Macau, wilayah administratif khusus Tiongkok yang dikenal sebagai Las Vegas nya Asia. Berkat sektor perjudian dan pariwisata kelas dunia, pemerintah Macau mampu menikmati pendapatan fiskal yang luar biasa besar bahkan jauh melampaui kebutuhan belanjanya.

Berdasarkan data IMF World Economic Outlook (Oktober 2025), ekonomi Macau diperkirakan tumbuh 2,6% pada tahun ini dengan PDB per kapita mencapai US$ 74.920, atau setara sekitar US$ 132.650 berdasarkan paritas daya beli (PPP).

Angka tersebut menempatkan Macau di jajaran wilayah terkaya di dunia, melampaui banyak negara maju. Inflasi pun sangat rendah, hanya sekitar 0,5%, mencerminkan stabilitas harga dan daya beli yang kuat di tengah pemulihan global pasca-pandemi.

Dengan rasio utang pemerintah 0% terhadap PDB, Macau secara resmi menjadi wilayah tanpa utang publik sama sekali. Pendapatan besar dari sektor kasino dan pajak perjudian memungkinkan pemerintah menumpuk surplus anggaran dan cadangan kas yang cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan fiskal tanpa harus meminjam.

Bahkan, cadangan fiskal Macau diketahui mampu menopang pengeluaran pemerintah selama bertahun-tahun jika diperlukan.

Namun, di balik kesuksesan tersebut, terdapat risiko struktural yang mengintai. Ketergantungan besar terhadap industri perjudian membuat Macau sangat rentan terhadap fluktuasi eksternal, terutama kebijakan pariwisata Tiongkok dan ketegangan geopolitik di kawasan.

Liechtenstein

Berbeda dengan Macau yang hidup dari pariwisata dan perjudian, Liechtenstein adalah contoh nyata bagaimana ekonomi kecil bisa makmur berkat disiplin fiskal, efisiensi tinggi, dan sektor keuangan yang tangguh.

Negara mungil di antara Swiss dan Austria ini hanya berpenduduk sekitar 40 ribu jiwa, tetapi menjadi salah satu negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia dan sistem fiskal yang sangat sehat.

Liechtenstein ekonomi tumbuh sekitar 1,0% pada tahun ini. Meski pertumbuhannya relatif kecil, tingkat kemakmurannya luar biasa tinggi dengan PDB per kapita mencapai US$ 231.710.

Inflasi di negara ini juga sangat rendah, hanya 0,1%. Menunjukkan stabilitas harga yang luar biasa di tengah tekanan global. Tingkat pengangguran pun minim di 2,7%, menandakan pasar tenaga kerja yang nyaris penuh.

Yang paling mencolok, rasio utang pemerintah Liechtenstein hanya 0,5% dari PDB, menjadikannya salah satu negara paling disiplin secara fiskal di dunia. Pemerintah mengelola anggaran dengan prinsip konservatif. Tidak membelanjakan lebih dari pendapatan yang diperoleh. Surplus fiskal yang konsisten dialokasikan ke dana cadangan publik dan investasi jangka panjang, bukan untuk konsumsi jangka pendek.

Brunei Darussalam

Di Asia Tenggara, Brunei Darussalam menjadi contoh langka negara dengan rasio utang hanya 2,3% dari PDB.

Di bawah kepemimpinan Sultan Hassanal Bolkiah, Brunei menikmati kemakmuran luar biasa berkat kekayaan minyak dan gas bumi yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Penerimaan dari sektor energi ini menopang hampir seluruh belanja pemerintah, memungkinkan negara membiayai layanan publik secara luas tanpa ketergantungan pada pinjaman luar negeri.

Perekonomian Brunei tumbuh sebesar 1,8% pada tahun ini dengan PDB per kapita mencapai US$ 33.860 atau setara sekitar US$ 94.470. Angka tersebut menempatkan Brunei sebagai salah satu negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di Asia. Inflasi juga relatif terkendali di kisaran 0,4-0,6%, mencerminkan stabilitas harga yang kuat di tengah fluktuasi global.

Kinerja ekonomi yang solid ini membuat posisi fiskal Brunei sangat kokoh. Pemerintah memanfaatkan surplus pendapatan energi untuk memperkuat sovereign wealth fund, yang berfungsi sebagai bantalan fiskal ketika harga minyak menurun.

Dengan strategi ini, Brunei mampu menjaga neraca keuangan tetap sehat dan menghindari jerat utang jangka panjang.

Tuvalu

Meski hanya berpenduduk sekitar 11 ribu jiwa, Tuvalu berhasil menunjukkan bahwa ukuran kecil bukan penghalang untuk menjaga kesehatan fiskal. Berdasarkan data IMf, rasio utang pemerintah Tuvalu hanya 3,6% dari PDB, salah satu yang terendah di dunia.

Ekonomi Tuvalu tumbuh sekitar 3% tahun ini, dengan GDP per kapita mencapai US$ 5.830. Angka ini mencerminkan stabilitas pertumbuhan yang cukup baik bagi negara berukuran mikro di tengah tantangan global dan keterbatasan sumber daya. Inflasi pun relatif rendah di kisaran 2%, menunjukkan stabilitas harga di tengah fluktuasi harga pangan dan energi.

Pendapatan utama Tuvalu berasal dari zona ekonomi perikanan, remitansi tenaga kerja di luar negeri, dan pemasukan unik dari penjualan domain internet ".tv", yang menjadi sumber devisa penting bagi negara kecil ini. Selain itu, bantuan pembangunan dan hibah internasional dari lembaga multilateral turut menopang APBN Tuvalu tanpa harus menambah utang besar.

Turkmenistan

Di Asia Tengah, Turkmenistan menjadi contoh unik negara kaya sumber daya alam yang berhasil menekan rasio utang publik hingga hanya 3,9% dari PDB.

Berkat cadangan gas alam raksasa yang menjadi tulang punggung ekonominya, pemerintah memiliki arus pendapatan ekspor yang stabil, memungkinkan pembiayaan proyek infrastruktur besar tanpa perlu berutang berlebihan.

Pendapatan dari ekspor gas, khususnya ke China dan negara-negara tetangga di kawasan Kaspia, menopang sebagian besar anggaran negara. Namun, di balik kinerja fiskal yang tampak kuat, transparansi data ekonomi Turkmenistan sering dipertanyakan, sementara ketergantungan pada ekspor energi menjadikan ekonominya rentan terhadap fluktuasi harga global.

Meski begitu, posisi utang yang sangat rendah tetap menjadikan Turkmenistan salah satu negara dengan fondasi fiskal paling solid di Asia Tengah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research