Waspada, Penggunaan Headset Berlebih Picu Gangguan Pendengaran Remaja!

22 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggunaan headset, earphone, dan headphone dalam waktu lama serta dengan volume tinggi dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran pada remaja. Hal ini disampaikan oleh dr. Andrey Dwi Anandya, Sp.THT-BKL dari Universitas Sriwijaya dalam webinar daring peringatan Hari Pendengaran Sedunia 2025 yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan RI, beberapa waktu lalu.

Menurut dr. Andrey, Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) atau gangguan pendengaran akibat paparan suara bising semakin banyak terjadi pada remaja. Remaja saat ini, kata ia, sangat dekat dengan perangkat audio seperti earphone, headset, dan speaker untuk mendengarkan musik, menonton video, hingga bermain gim.

"Namun, paparan suara yang terlalu keras dan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga," jelasnya.

Gangguan pendengaran akibat suara bising sering kali terjadi secara perlahan dan sulit disadari. Beberapa tanda awal yang perlu diwaspadai antara lain:

* Kesulitan mendengar suara pelan atau konsonan tertentu seperti 'S', 'F', dan 'Th'
* Sulit berkomunikasi di tempat ramai
* Mendengar suara berdenging atau tinnitus
* Menurunnya kemampuan akademik akibat kesulitan memahami percakapan dan instruksi dalam kelas

"Dari paparan saya tadi, dampak sosial dan emosional juga tidak bisa diabaikan. Remaja dengan gangguan pendengaran cenderung mengalami isolasi sosial, kesulitan bekerja dalam tim, hingga berisiko mengalami perundungan (bullying) karena dianggap kurang responsif," jelas dr. Andrey.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa 1 dari 2 anak muda berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat kebiasaan mendengar dengan volume berlebihan. Oleh karena itu, dr. Andrey memberikan beberapa tips untuk menjaga kesehatan telinga, di antaranya:

1. Jaga volume tetap rendah - Atur volume perangkat audio tidak lebih dari 60% dari maksimum.
2. Gunakan earplug di lingkungan bising - Saat berada di konser musik atau tempat ramai, gunakan pelindung telinga.
3. Batasi durasi penggunaan headset - Ambil jeda setiap 60 menit dan hindari mendengarkan musik sepanjang malam saat tidur.
4. Pantau kebiasaan mendengar - Gunakan aplikasi atau fitur keamanan pendengaran di smartphone untuk mengontrol paparan suara.

Selain itu, deteksi dini juga sangat penting. Remaja dan orang tua, saran ia, melakukan pemeriksaan pendengaran secara berkala guna mengantisipasi gangguan sejak dini.

Indonesia Masuk Daftar Negara dengan Kasus Gangguan Pendengaran Tinggi
Menurut data Kemenkes RI, Indonesia berada di peringkat keempat di Asia Tenggara dalam jumlah kasus gangguan pendengaran. Studi juga menunjukkan bahwa 16,8% populasi remaja dan dewasa mengalami masalah pendengaran, dengan angka yang terus meningkat setiap tahunnya.

WHO memperkirakan bahwa 50% dari kasus gangguan pendengaran sebenarnya bisa dicegah jika masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan telinga. Dalam rangka kampanye World Hearing Day 2025, Kemenkes mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap risiko gangguan pendengaran dengan mengusung tema "Cegah Gangguan Pendengaran, Ayo Peduli".

"Gangguan pendengaran bukan hanya masalah orang tua, tetapi juga generasi muda. Mulai sekarang, kita harus lebih bijak dalam menggunakan headset dan menjaga kesehatan telinga agar kualitas hidup tetap optimal," tutup dr. Andrey.


(miq/miq)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan Indonesia Melesat, Ternyata Ini Faktornya!

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research