Adu Valuasi Saham Raksasa Konsumer RI: UNVR, ULTJ Hingga HMSP

13 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa sektor consumer goods dalam sebulan terakhir cukup baik, hal ini tercermin dari beberapa performa harga saham di sektor tersebut yang mengalami kenaikan signifikan.

Bukan tanpa sebab, kenaikan harga saham sejalan dengan performa kinerja keuangan yang ciamik. Bahkan sebagian terpantau masih memiliki valuasi yang murah sehingga bisa menjadi salah satu sektor pilihan investor.

Dalam sebulan terakhir, terpantau beberapa emiten mencatatkan kenaikan harga saham.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan performa kenaikan saham tertinggi dibandingkan emiten konsumer lainnya, dengan kenaikan mencapai 46% dalam sebulan terakhir.

Selain itu, menariknya terpantau beberapa saham konsumer masih memiliki valuasi yang menarik bahkan undervalued.

Rata-rata Price Earning Ratio (PER) di sektor konsumer berada di angka 25. Sehingga valuasi secara sektor emiten-emiten diatas dominan masih murah dengan berada di bawah rata-rata industrinya, terkecuali saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang sudah berada di PER 27,15.

Performa harga saham yang ciamik dan valuasi yang murah juga didorong oleh kenaikan kinerja keuangan saham konsumer pada kuartal III 2025.

Dari data di atas, cenderung saham-saham konsumer mencatatkan kenaikan laba bersih yang ditopang dari pertumbuhan pendapatan. Dimana PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan kenaikan laba tertinggi mencapai 117% yakni Rp1,2 triliun hingga September 2025.

Kinerja keuangan saham sektor konsumer dapat merefleksikan bagaimana pertumbuhan PDB Indonesia, yang secara struktur memang paling banyak didorong oleh konsumsi rumah tangga.

Hubungan antara kinerja keuangan saham sektor consumer goods dan Produk Domestik Bruto (PDB) memang erat. Kinerja keuangan saham sektor consumer goods mencerminkan profitabilitas, pendapatan, dan ekspektasi investor terhadap perusahaan yang bergerak di barang konsumsi rumah tangga.

Sektor consumer goods berkaitan erat dengan konsumsi rumah tangga, yang biasanya menyumbang porsi terbesar PDB sekitar 55 hingga 60%. Sehingga saat penjualan produk konsumsi meningkat, kemudian laba perusahaan consumer goods naik, dan arga saham sektor ini menguat, maka kemungkinan besar konsumsi masyarakat juga meningkat, yang berarti dorongan positif terhadap pertumbuhan PDB.

Hari ini Rabu (5/11/2025), Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data PDB periode kuartal III 2025.

Sebelumnya, kementerian keuangan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025 masih bisa tumbuh di level 5,1% meskipun banyak tekanan yang terjadi pada periode Juli-September 2025, seperti demonstrasi berdarah pada Agustus 2025.

Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan, penopang pertumbuhan pada saat itu ialah kinerja ekspor yang tumbuh cepat.

Sementara itu, untuk kuartal IV-2025, Febrio mengatakan, proyeksi pertumbuhannya masih sesuai dengan yang disampaikan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebesar 5,5%.

Laju pertumbuhan ekonomi yang cepat pada akhir tahun ia sebut didukung oleh berbagai stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, seiring dengan kebijakan moneter longgar yang ditetapkan Bank Indonesia.

"Sehingga kalau hitung-hitungan kami kuartal IV itu bisa akan mencapai sekitar pertumbuhannya 5,5%," ujar Febrio.

Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang mulai mengalami percepatan pada kuartal II-2025 dengan pertumbuhan sebesar 5,12%, jauh lebih cepat dari pertumbuhan kuartal I-2025 sebesar 4,87%.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research