Presiden Donald Trump bersama Presiden Prabowo Subianto dan kepala negara lainnya saat menghadiri KTT perdamaian Timur Tengah di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (13/10/2025). Presiden RI Prabowo Subianto turut menjadi saksi penandatanganan dokumen gencatan senjata Gaza dalam KTT perdamaian Timur Tengah. Penandatanganan itu dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump bersama sejumlah mediator seperti Qatar, Mesir, dan Turki.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Donald Trump mengeluarkan pernyataan tegas bahwa Israel akan kehilangan dukungan krusial dari Amerika Serikat jika nekat mencaplok Tepi Barat.
Pernyataan ini disampaikannya dalam wawancara telepon dengan majalah Time pada 15 Oktober, yang dipublikasikan tepat ketika dua pejabat tinggi AS, Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio, juga sedang memperingatkan Israel untuk tidak melakukan aneksasi.
Trump dengan jelas menyatakan penolakannya terhadap rencana aneksasi Israel. "Itu tidak akan terjadi. Saya telah berjanji kepada negara-negara Arab," tegasnya. Lebih lanjut ia memperingatkan, "Israel akan kehilangan seluruh dukungan dari Amerika Serikat jika itu terjadi," sebagaimana diberitakan TRT World. Pernyataan ini menunjukkan perubahan signifikan dalam sikap AS yang biasanya tanpa syarat mendukung Israel.
Secara militer dan strategis, Israel sangat membutuhkan dukungan Amerika Serikat untuk menjaga superioritas militernya di kawasan Timur Tengah yang penuh gejolak. Bantuan militer AS, yang mencapai miliaran dolar per tahun, tidak hanya menyediakan persenjataan canggih seperti jet tempur F-35 dan sistem pertahanan rudal Iron Dome, tetapi juga menjamin interoperabilitas antara angkatan bersenjata kedua negara melalui latihan militer gabungan.
Kerja sama intelijen yang erat antara badan-badan intelijen AS dan Israel juga krusial dalam menghadapi ancaman teroris dan intelijen dari musuh-musuh regional. Dukungan ini memungkinkan Israel untuk mempertahankan keunggulan teknologi dan kapabilitas militer yang vital bagi keamanan nasionalnya.
Selain itu, Israel juga sangat mengandalkan Amerika Serikat untuk dukungan diplomatik di panggung internasional. AS secara rutin menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk menggagalkan resolusi yang dianggap merugikan Israel, melindungi Israel dari kecaman global, dan memastikan bahwa sanksi atau tindakan diplomatik internasional terhadap Israel sulit terwujud.
Perlindungan diplomatik ini memberi Israel ruang gerak untuk melaksanakan kebijakan luar negerinya tanpa menghadapi tekanan yang terlalu besar dari komunitas internasional. Secara politik, dukungan yang kuat dari Washington juga meningkatkan legitimasi Israel di mata banyak negara dan mempromosikan hubungan baik antara Israel dan negara-negara Arab lainnya, seperti yang terlihat dalam Perjanjian Abraham.
Arab Saudi akan Gabung Abraham Accord
Trump yang merupakan politisi Partai Republik juga mengungkapkan keyakinannya bahwa Arab Saudi akan bergabung dengan Perjanjian Abraham untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebelum akhir tahun.