Aktivis yang tergabung dalam Bandung Spirit For Palestine menempelkan poster PM Israel Benjamin Netanyahu saat aksi solidaritas seni untuk Palestina di kawasan jalan Asia Afrika Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/4/2025). Aksi tersebut sebagai seruan dukungan dihentikannya kekerasan serta kejahatan kemanusiaan oleh Israel terhadap warga Palestina sekaligus bentuk protes ditiadakannya pertemuan peringatan Ke-70 Tahun Konferensi Asia Afrika yang dinilai bisa menjadi wadah semangat solidaritas antar negara Asia Afrika dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah jajak pendapat terbaru mengungkapkan bahwa mayoritas publik Israel, yakni 52 persen, menentang Benjamin Netanyahu untuk mencalonkan diri kembali dalam pemilu berikutnya.
Sang Perdana Menteri, yang bahkan tercatat sebagai buronan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), berencana untuk kembali bertarung dalam pemilihan yang dijadwalkan pada 2026. Data ini semakin memperjelas erosi dukungan terhadap pemimpin yang telah lama berkuasa itu.
Jajak pendapat yang diterbitkan oleh Channel 12 Israel ini menunjukkan hanya 41 persen responden yang mendukung Netanyahu untuk maju kembali. Sebanyak 7 persen lainnya memilih untuk tidak menyuarakan pendapatnya.
Publikasi survei ini muncul tak lama setelah Netanyahu sendiri mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri, memberikan gambaran awal tentang tantangan berat yang akan dihadapinya dari elektorat domestik, sebagaimana diberitakan Al Jazeera.
Keadaan menjadi semakin rumit bagi Netanyahu karena survei yang sama juga mengungkap kekosongan kepemimpinan di kubunya. Survei menunjukkan bahwa setengah dari pendukung sayap kanan sendiri tidak dapat memikirkan figur yang layak untuk menggantikannya seandainya ia memutuskan untuk tidak maju. Meski demikian, saluran tersebut tidak merinci lebih lanjut mengenai metodologi survei maupun lembaga yang melaksanakannya.
Kelemahan politik Netanyahu tidak hanya tampak dari popularitas pribadinya, tetapi juga dari kekuatan koalisinya. Jajak pendapat lain dari surat kabar Maariv yang dirilis pada hari yang sama memproyeksikan bahwa jika pemilu digelar hari ini, koalisi pemerintahannya hanya akan meraih 50 kursi di parlemen (Knesset). Angka ini turun dua kursi dari hasil survei pekan sebelumnya dan jauh dari angka ajaib 61 kursi yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.
Dalam sistem politik Israel yang mengharuskan pemerintahan didukung oleh setidaknya 61 dari total 120 anggota Knesset, kondisi koalisi Netanyahu ini sangat rapuh. Di sisi lain, kubu oposisi meskipun lebih kuat dengan 59 kursi, juga belum mencapai ambang batas mayoritas.
Situasi ini diperkeruh dengan fakta bahwa partai-partai oposisi secara tegas menolak untuk membentuk aliansi dengan partai-partai Arab, yang dalam survei ini diproyeksikan meraih 11 kursi.

 5 hours ago
                                1
                        5 hours ago
                                1
                    




































