Ramai-ramai Berpaling dari Bank Sentral AS, BI Ikut Mana?

1 month ago 24

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) diselenggarakan pada Selasa dan Rabu pekan ini (18-19 Februari 2025). Pelaku pasar dan masyarakat kini menunggu apa yang akan dilakukan BI dalam mengelola suku bunga (BI rate) di tengah gejolak yang ada saat ini.

BI secara mengejutkan memangkas BI rate sebanyak 25 basis poin (bps) pada Januari 2025, hal ini dilakukan untuk menggenjot perekonomian dalam negeri. Pemangkasan ini adalah yang pertama sejak September 2024.

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 19 lembaga/institusi secara mayoritas memberikan proyeksi bahwa BI tampaknya akan menahan suku bunganya di level 5,75%.

Namun, delapan dari 19 lembaga/institusi tersebut justru memperkirakan bahwa BI akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 bps ke level 5,50%.

Pada Januari lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Kami dalam dua hari ini melakukan exercise, skenario-skenario nilai tukar , kesimpulannya nilai tukar sekarang dan ke depan masih konsisten dengan nilai fundamental yaitu pencapaian inflasi dan perkembangan lainnya," kata Perry, usai Rapat RDG, Januari 2025.

Perry pun menegaskan, data terbaru yang membuat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga BI Rate saat ini ialah adanya potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat ke depan. Bahkan, ia mengubah prospek pertumbuhan ekonomi RI 2025 dari 4,8-5,6% menjadi 4,7-5,5%.

"Data-data kuartal IV dan juga berbagai hasil survei kita ke depan menunjukkan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi kita, khususnya di tahun 2025 dan mulai kelihatan di triwulan IV ini lebih rendah dari perkiraan, 2024 sedikit lebih rendah dari titik tengah berarti di atas 5% tapi di bawah titik tengahnya 5,1%," tegas Perry.

"2025 titik tengahnya yang 5,2% itu lebih rendah menjadi 5,1%, oleh karena itu this is the timing untuk menurunkan suku bunga supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik," ungkapnya.

Beberapa pertimbangan yang meyakini bahwa BI akan memangkas suku bunganya di bulan ini adalah karena perlunya untuk pertumbuhan ekonomi domestik.

Ekonomi RI Butuh Obat Kuat

Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,03% pada 2024, terendah dalam tiga tahun. Sepanjang pertengahan tahun hingga akhir tahun, daya beli masyarakat juga sangat tertekan sehingga insentif diperlukan untuk menopang ekonomi.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memperkirakan BI akan melakukan pemangkasan suku bunga seiring perlunya dukungan aktivitas domestik.

Begitu pula dengan Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto yang memandang perlunya peningkatan optimisme terhadap domestic growth di tengah prospek global slowdown.

Senada dengan Andry dan Rully, Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang mengatakan bahwa alasan domestik menjadi driver ekspektasinya agar BI membabat suku bunganya. Terlebih inflasi Indonesia sudah jauh melandia dan tidak lagi menjadi concern BI.

"Inflasi rendah, rupiah masih stabil, dan untuk support growth," ujar Hosianna.

Sementara itu, pada Senin (17/2/2025) kemarin, Presiden Prabowo Subianto mengumumkan daftar kebijakan yang akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025.

"Saudara-saudara sekalian dalam kuartal I tahun ini, kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Prabowo.

"Saudara-saudara juga kebijakan-kebijakan yang mendorong daya saing untuk transformasi ekonomi kita, pertama tentunya program MBG yang diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan di seluruh daerah-daerah di negara kita karena uang berputar di desa, di kecamatan, di kabupaten," tambah Prabowo.

Adapun, daftar kebijakan ekonomi pada kuartal I-2025 tersebut yaitu:

Selain itu, Presiden Direktur Samuel Aset Manajemen, Agus Basuki Yanuar memaparkan bahwa ia memperkirakan BI akan kembali menurunkan suku bunganya di tengah rupiah yang belakang ini cenderung menguat, indeks dolar AS (DXY) yang mulai terdepresiasi, serta potensi ditaatinya aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

"Potensi ditaatinya DHE (Devisa Hasil Ekspor) yang harus disimpan di dalam negeri selama minimal 1 tahun; sehingga ketersediaan (supply) US$ di dalam negeri lebih besar," pangkas Agus.

Sebagai informasi, update aturan DHE khususnya soal pemberlakuan DHE 100% pada 1 Maret 2025 mendatang dikabarkan menjadi sentimen yang semakin mendoorng potensi pemangkasan suku bunga BI.

Pemberlakuan DHE ini akan ditingkatkan menjadi 100% dengan jangka waktu 12 bulan sejak penempatan dalam rekening khusus DHE SDA dalam bank-bank nasional.
Kebijakan yang diumumkan Presiden Prabowo ini berlaku mulai 1 Maret 2025. Kebijakan ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.

Kebijakan pengetatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) akan mampu menambah likuiditas valuta asing (valas), khususnya dolar Amerika Serikat (AS) sehingga membantu stabilitas nilai tukar rupiah.

Hal ini disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (17/2/2025)
"Dengan adanya DHE SDA akan tingkatkan devisa dan dukung stabilitas nilai tukar rupiah," ungkapnya.

RI Tak Sendiri Pilih Ekonomi Domestik
Beberapa bank sentral dunia memilih memangkas suku bunga demi mendongkrak pertumbuhan di tengah melandainya inflasi. Bank sentral India, Singapura, hingga Afrika Selatan memilih memangkas suku bunga demi mendorong pertumbuhan ekonomi domestik mereka.

Langkah ini sedikit berbeda dengan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang mengisyaratkan akan mempersempit pelonggaran. The Fed menahan suku bunga di level 4,25%-4,50% pada Januari 2025. Kebijakan menahan suku bunga adalah yang pertama setelah The Fed memangkas suku bunga dalam tiga pertemuan sebelumnya.

Biasanya, bank-bank sentral dunia akan mengikuti kebijakan The Fed dalam mengelola suku bunga. Proyeksi inilah yang membuat pelaku pasar semula memperkirakan BI akan menahan suku bunga Januari lalu. Namun, BI akhirnya memangkas suku bunga dan memilih mendorong pertumbuhan.

Langkah serupa dilakukan oleh bank sentral India hingga Afrika Selatan. Mereka memilih menjaga pertumbuhan dan tidak mengikuti langkah The Fed dan memilih pemangkasan lebih awal.
Bank sentral India, RBI,  secara bulat menurunkan suku bunga repo utama sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada pertemuan Februari 2025. Ini, menandai penurunan pertama sejak Mei 2020.

Langkah ini menurunkan biaya pinjaman ke level terendah sejak Januari 2023, dengan tujuan untuk mengatasi pelemahan pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian perdagangan global.

Bank Sentral Afrika Selatan ) kembali memangkas suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin menjadi 7,50% pada 30 Januari 2025,  menandai penurunan ketiga berturut-turut untuk menopang pertumbuhan.

Otoritas Moneter Singapura (MAS) melonggarkan kebijakan moneternya pada Januari 2025 menjadi 2,41%. Pemangkasan ini adalah yang pertama sejak 2020, di tengah kekhawatiran tentang pelambatan ekonomi domestik seiring dengan meningkatnya tantangan dari kebijakan perdagangan global.

Pemangkasan suku bunga demi menjaga pertumbuhan juga dilakukan bank sentral Meksiko dan Kanada. Dua negara ini tengah menghadapi kekhawatiran perlambatan ekonomi setelah menjadi sasaran bagi kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump

Dolar Masih di Atas Rp16.000/US$

Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri Permana menyampaikan bahwa suku bunga BI masih akan berada di level 5,75% alias tidak dipangkas. Ia menegaskan dengan dolar yang masih berada di atas level Rp16.000/US$, maka masih jauh di atas effective rate rupiah.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah berada di posisi Rp16.210/US$ pada 17 Februari 2025 dan sempat berada di angka Rp16.430/US$ pada 3 Februari 2025.

Selaras dengan Fikri, Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan juga mengatakan bahwa ia masih melihat ruang untuk menahan BI Rate di level 5,75%. Pertimbangannya adalah kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian, terutama terkait arah kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang lebih hawkish.

"Dari sisi domestik, inflasi masih dalam level terkendali dan pertumbuhan ekonomi tetap solid. Namun, dengan memasuki ke bulan Ramadan dan Idul Fitri bisa menjadikan harga bahan pangan yang berkontribusi pada inflasi mengalami kenaikan. Penahanan suku bunga bisa menjaga stabilitas makroekonomi tanpa menghambat pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung," kata Felix.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research