Mata Uang Asia Babak Belur Lawan Dolar AS, Rupiah Masih Kuat

12 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau stabil sepanjang pekan ini, di tengah masih perkasanya dolar Amerika Serikat (AS) dan minimnya sentimen penggerak rupiah pekan ini.

Melansir Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (21/11/2025), rupiah menguat 0,21% ke posisi Rp 16.690/US$. Sepanjang pekan ini, rupiah stabil di posisi tersebut.

Meski begitu, jika dibandingkan mata uang Asia lainnya, rupiah masih terbilang baik di pekan ini, karena cenderung stabil. Pada pekan ini, hanya dua mata uang Asia yang berhasil melawan dolar AS yakni peso Filipina dan baht Thailand, di mana keduanya menguat terhadap dolar AS masing-masing 0,51% dan 0,03%.

Selain kedua mata uang tersebut, ditambah rupiah yang cenderung stabil, mayoritas mata uang Asia tak kuat melawan dolar AS pekan ini. Adapun won Korea Selatan menjadi yang paling parah koreksinya yakni mencapai 1,49%. Kemudian disusul yen Jepang yang ambruk 1,2%, dan rupee India yang ambles 1,07%.

Dolar AS terpantau perkasa sepanjang pekan ini. Indeks dolar AS (DXY), indeks yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia ini terpantau melesat 0,89% sepanjang pekan ini. Sedangkan pada perdagangan Jumat kemarin, indeks DXY naik tipis 0,04%.

Rupiah yang cenderung stabil terjadi karena kurangnya sentimen penguat atau penekan di pekan ini, meski Bank Indonesia (BI) pada pekan ini memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.

Pada Rabu (19/11/2025) lalu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada 4,75%.

Dalam RDG November ini, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50%.

"Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1%, upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi," papar Perry dalam konferensi pers yang dipaparkan secara online.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate.

Ketetapan RDG ini sesuai dengan Polling CNBC Indonesia terhadap 12 lembaga/institusi keuangan menunjukkan hasil yang sangat solid. Seluruh responden memperkirakan BI akan mempertahankan BI Rate di level 4,75% pada RDG kali ini.

Hasil konsensus yang kompak ini mencerminkan pandangan bahwa kondisi saat ini belum memberikan ruang yang memadai bagi BI untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan.

Sepanjang 2025, BI telah memangkas suku bunga sebanyak lima kali, masing-masing 25 bps pada Januari, Mei, Juli, Agustus, dan September. Total pemangkasan mencapai 125 bps, dari 6,00% di akhir 2024 menjadi 4,75% saat ini.

Masih dari dalam negeri, pada Jumat kemarin, BI juga merilis perkembangan uang beredar (M2) periode Oktober 2025 yang tetap tumbuh solid.

BI melaporkan posisi M2 mencapai Rp9.783,1 triliun, tumbuh 7,7% (yoy), hanya sedikit melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 8,0% (yoy). Pertumbuhan ini ditopang oleh kenaikan M1 yang tumbuh 11,0% (yoy) dan uang kuasi yang meningkat 5,5% (yoy), menunjukkan likuiditas perekonomian masih ekspansif dan mendukung aktivitas domestik.

Dari sisi eksternal, rupiah turut mendapat angin segar dari pelemahan sejenak dolar AS. Pelemahan dolar terjadi di tengah rilis data tenaga kerja AS (NFP) yang tertunda akibat government shutdown juga tidak memberikan kejelasan arah kebijakan The Fed, sehingga menyebabkan investor sementara menurunkan porsi dolar AS.

Situasi ini membuat indeks dolar gagal mempertahankan penguatannya dan berada di jalur penurunan harian. Kondisi global yang lebih positif terhadap aset berisiko, ditambah likuiditas domestik yang tetap kuat, mendorong penguatan rupiah di perdagangan hari ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/luc)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research