LPEM FEB UI Minta BI Waspadai Risiko Burden-Sharing

3 hours ago 1

LPEM FEB UI menilai Bank Indonesia (BI) perlu lebih waspada dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI menilai Bank Indonesia (BI) perlu lebih waspada dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan. Salah satu sorotan utama adalah wacana burden-sharing antara BI dan pemerintah yang dinilai berisiko menimbulkan keraguan investor terhadap independensi moneter.

“BI harus menyeimbangkan sikap akomodatif dengan komunikasi yang jelas untuk memastikan ekspektasi inflasi tetap terjaga dan mencegah munculnya persepsi bahwa kebijakan moneter tunduk pada kepentingan fiskal,” tulis laporan Divisi Makroekonomi LPEM FEB UI yang disusun oleh tim peneliti, termasuk ekonom Teuku Riefky, dikutip Rabu (17/9/2025).

Laporan LPEM mencatat, inflasi umum pada Agustus 2025 turun menjadi 2,31 persen (yoy), tetap berada dalam target BI 1,5–3,5 persen. Inflasi inti juga melandai ke 2,17 persen (yoy), mencerminkan lemahnya permintaan domestik.

“Inflasi umum turun menjadi 2,31 persen (yoy) pada Agustus 2025, didukung oleh penurunan biaya perawatan pribadi dan transportasi yang mengimbangi kenaikan harga pangan, sementara inflasi inti melandai menjadi 2,17 persen (yoy),” bunyi laporan itu.

Stabilitas nilai tukar rupiah dinilai masih rapuh. Arus modal asing keluar mencapai 960 juta dolar AS pada awal September setelah reshuffle kabinet yang mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Padahal sebelumnya, Indonesia sempat menikmati aliran masuk 460 juta dolar AS yang sempat menguatkan rupiah.

“Arus masuk portofolio mendukung apresiasi rupiah pada awal September, tetapi sentimen berbalik setelah reshuffle kabinet, memicu arus keluar sebesar 960 juta dolar AS dan kembali menekan rupiah,” tulis laporan LPEM.

Dalam kondisi ini, LPEM FEB UI merekomendasikan agar BI tidak terburu-buru melanjutkan penurunan suku bunga. “Bank Indonesia sebaiknya mempertahankan BI-Rate di 5,00 persen,” tulis laporan tersebut.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research