Ledakan Dahsyat di Tambang Batu Bara, 500 Orang Tewas Terbakar

8 hours ago 2
Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Khusus terkait bencana, naskah ini diharapkan bisa membangun kesadaran dan kewaspadaan terhadap bahaya bencana industrial.

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah tragedi mengerikan menghantam industri batu bara Amerika Serikat lebih dari seabad lalu. Di sebuah lembah kecil di Virginia Barat, kerakusan perusahaan tambang berubah menjadi malapetaka terbesar dalam sejarah pertambangan Negeri Paman Sam.

Peristiwa itu terjadi pada Jumat, 6 Desember 1907, tepat hari ini 118 tahun lalu. Mengutip situs History, saat itu, kawasan Virginia Barat bagian selatan sedang mengalami demam batu bara. Ledakan industri dan pertumbuhan kota membuat ribuan orang berbondong-bondong datang. Mereka berharap mendapat pekerjaan baru yang menjanjikan. Produksi meroket, tetapi sayang keselamatan pekerja nyaris tak pernah jadi perhatian.

Sampai akhirnya, perhatian total terjadi pagi nahas di tambang milik Fairmont Coal Company di Monongah. Hari itu 367 pekerja tercatat memasuki terowongan selebar sekitar 50 meter tersebut Aktivitas berjalan seperti biasa. Namun, para pekerja merasakan sesuatu yang janggal sejak kedatangan. Udara terasa lebih pengap dari biasanya dan debu melayang lebih tebal.

Mereka tak sadar jika itu adalah tanda gas metana dan karbon dioksida meningkat. Campuran keduanya sangat mematikan dan hanya menunggu percikan api sedikit saja untuk berubah menjadi bom raksasa. Dan ini benar-benar terjadi tepat pukul 10.28 pagi. 

Dalam catatan riset "Historical Summary of Coal-Mine Explosions in the United States", ledakan besar terjadi dan memicu semburan api yang menyapu terowongan. Ini disusul dentuman berantai ketika debu-debu batu bara ikut tersulut. Dari permukaan, warga melihat asap hitam membumbung tinggi bercampur serpihan kayu, batu, dan peralatan tambang yang terlempar keluar.

Rumah-rumah warga turut bergetar. Beberapa penambang yang berada di dekat mulut tambang berhasil melarikan diri, tetapi sebagian besar terperangkap saat struktur tambang runtuh dan seluruh jalur keluar tertutup.

Upaya penyelamatan pun berlangsung sangat sulit. Gas beracun masih pekat, membuat siapa pun yang masuk bertaruh nyawa. Mengutip Mining Journal, sebagian besar korban kemudian tak bisa diselamatkan karena sudah terkubur hidup-hidup dan jasadnya sudah tak dikenali karena sudah terbakar. 

Penyelidikan kemudian mengungkapkan buruknya kondisi tambang Fairmont. Tidak ada ventilasi memadai, kabel listrik tidak dilindungi dengan baik, dan standar keselamatan hampir nihil. Kabel listrik inilah yang diduga kuat memantik percikan api dan membuat ledakan besar, sehingga ratusan pekerja tewas seketika. Selain itu, perusahaan juga terbukti menekan para pekerja untuk kerja paksa demi peningkatan produksi sekalipun keamanannya tidak terjamin.

Tragisnya, jumlah korban jiwa jauh lebih besar dari data resmi. Fairmont hanya mencatat 367 nama, tetapi mereka memperbolehkan siapa pun, baik pria, perempuan, bahkan anak-anak, masuk bekerja tanpa registrasi. Atas dasar ini, pemerintah menduga ada lebih dari 367 orang yang masuk ke tambang di hari kejadian. Pemerintah sendiri mencatat ada 500-an orang yang jadi korban sebab ada hampir 500-600 warga yang melaporkan kehilangan anggota keluarga yang sebelumnya pergi izin bekerja di Fairmont. Selain itu, lonjakan jumlah janda di sekitar Monongah memperkuat dugaan bahwa ratusan korban tak terdokumentasi.

Berkat dahsyatnya dampak ledakan, pemerintah menetapkannya sebagai bencana pertambangan terbesar sepanjang sejarah Paman Sam. Dari kejadian ini pula, AS mulai mengatur ketat izin pertambangan dengan mendirikan Biro Pertambangan. 

(mfa/mfa)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research