Jusuf Kalla: Banyak Insinyur di Indonesia Tak Punya Pekerjaan

1 day ago 5

Makassar, CNN Indonesia --

Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla menyatakan saat ini banyak insinyur di Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan imbas situasi ekonomi dunia yang tidak menentu.

JK menuturkan bahwa ada banyak perusahaan di Indonesia, namun tidak semuanya membuka lapangan pekerjaan akibat situasi ekonomi dunia yang tidak menentu.

JK mencontohkan perusahaan yang dimilikinya membuka lowongan pekerjaan hanya 20 insinyur untuk proyek-proyek tertentu, namun yang melamar mencapai 23 ribu insinyur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artinya banyak insinyur yang belum dapat kerjaan yang telah mendapatkan pendidikan, tapi masih sulit mendapatkan pekerjaan, akibat situasi ekonomi di dunia ini," kata JK di acara wisudawan Unhas, Selasa (3/6).

JK juga menyinggung video viral kericuhan job fair yang digelar Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (27/5) lalu. Ketersediaan lapangan kerja di Indonesia masih sangat terbatas.

"Kita lihat di televisi pada saat job fair, diperkirakan yang akan hanya hadir 2000 orang, ternyata yang ingin mencari pekerjaan di Bekasi saja 25 ribu orang yang datang dan terjadi kegaduhan yang luar biasa karena orang mencari pekerjaan yang sangat terbatas," ujarnya.

JK menerangkan bahwa situasi ekonomi dunia yang tidak menentu akibat terjadinya perang di Eropa, Palestina dan perang dagang antara Amerika dengan China yang menambah kondisi perekonomian semakin tidak menentu.

"Situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di Amerika, Eropa dan di Asia. Anda harus siap menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini dan (apabila) Kita tidak melewati ini, maka kita tidak akan pernah melewati situasi yang baik," jelasnya.

Banyaknya konflik di dunia, kata JK akan terus berefek pada perekonomian, termasuk di Indonesia, sehingga kehidupan di dunia akan semakin sulit dan harga-harga komoditas seperti batu bara, nikel dan sawit menurun.

"Akibatnya untuk bangsa, ekonomi menurun, kemampuan negara untuk membangun mengecil yang pemerintah menyebutnya efisiensi, dulu anggaran PU sebesar Rp 150 triliun, sekarang tinggal Rp 28 triliun. Kita akan menghadapi jalan-jalan yang rusak di tahun-tahun akan datang, pengairan yang tidak bisa berjalan di daerah dan di kota tidak berlangsung baik," pungkasnya.

(mir/gil)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research