Jika Negosiasi Gagal, Hamas Siap Lanjutkan Perlawanan terhadap Israel 

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pejabat senior Hamas Bassem Naim mengatakan negosiasi dengan Israel tidak akan membuahkan kesepakatan selama Tel Aviv terus melancarkan agresi ke Jalur Gaza. Naim pun mengisyaratkan bahwa perlawanan terhadap Israel tidak akan berhenti jika perundingan tak mencapai titik temu. 

"Kami menegaskan posisi Qatar bahwa agresi yang berkelanjutan membuat negosiasi menjadi sia-sia," kata Naim seperti diberitakan laman Middle East Monitor pada Jumat (19/9/2025). Qatar diketahui mengambil peran sebagai mediator dalam perundingan antara Hamas dan Israel. 

"Apa yang gagal dicapai oleh pendudukan Israel melalui negosiasi, tidak akan tercapai melalui ancaman dan operasi militer di lapangan," tambah Naim. 

Dia kemudian menyoroti operasi darat militer Israel di Kota Gaza. Naim memperingatkan bahwa ambisi Israel merebut kendali dan menguasai Kota Gaza akan menghadapi perlawanan sengit. 

"Apa yang terjadi pada rakyat kami selama serangan di Kota Gaza juga akan berdampak pada para tahanan Israel," ujar Naim. 

Sementara itu, PBB mengatakan Israel secara sistematis memblokade masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Hal itu membuat PBB kesulitan menbantu warga Gaza yang kini didera bencana kelaparan. 

Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengungkapkan, PBB terus mengupayakan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau warga Palestina di seluruh Gaza. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang diharapkan. 

"Kesempatan untuk mendukung orang-orang yang kelaparan diblokir secara sistematis, menurut rekan-rekan kemanusiaan kami," kata Dujarric pada Kamis (18/9/2025), dikutip laman Anadolu Agency. 

Dia menambahkan, setiap pekan, Israel selalu memberlakukan pembatasan baru. "Penyeberangan Zikim telah ditutup sejak akhir pekan," ucapnya.

Tak hanya membatasi akses secara ketat, Dujarric berpendapat, langkah pasukan Israel menginspeksi seluruh paket logistik yang hendak dikirim ke Gaza turut menjadi hambatan. Sebab, proses tersebut menimbulkan ketidakpastian dan penundaan yang tidak perlu. 

Dujarric mengungkapkan, Israel juga memperketat syarat untuk jenis bantuan pangan yang diizinkan masuk dan dikirimkan ke Gaza. "Otoritas Israel telah mengklasifikasikan beberapa bahan makanan, seperti selai kacang, sebagai 'barang mewah' yang tidak diizinkan masuk, sehingga sejumlah besar bantuan yang telah diperoleh tertahan di luar Gaza," katanya. 

Selain itu, Dujarric melaporkan bahwa Israel juga terus memblokir pergerakan kemanusiaan di dalam wilayah Gaza. "Baru kemarin, tiga dari 14 pergerakan terkoordinasi ditolak – termasuk dua yang dimaksudkan untuk membawa makanan ke utara," ujarnya. 

Di tengah bencana kelaparan, Israel terus membombardir berbagai wilayah di Gaza, khususnya Kota Gaza. Kampanye serangan tersebut turut berdampak pada fasilitas penampungan warga yang disediakan oleh Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA)

"Hanya dalam lima hari, 11 fasilitas UNRWA yang berfungsi sebagai tempat penampungan darurat bagi sekitar 11 ribu orang di Kota Gaza telah rusak setelah terkena serangan langsung maupun tidak langsung," ungkap Dujarric. 

Badan pemantau yang didukung PBB, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), secara resmi menyatakan bahwa Gaza dilanda bencana kelaparan pada 22 Agustus 2025 lalu. Menurut lembaga yang berbasis di Roma, Italia, tersebut, diblokadenya pasokan bantuan kemanusiaan oleh Israel menjadi pemicu terjadinya krisis tersebut.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research