DAFFAA MAULANA AZIZ
Edukasi | 2025-10-29 14:31:22
Selama ini banyak orang mengira bahwa kesehatan gigi hanya soal senyum yang menawan dan napas yang segar. Padahal, di balik senyum cerah itu, tersimpan pengaruh besar terhadap organ vital lain, terutama jantung. Mulut kita sebenarnya adalah “rumah” bagi lebih dari 700 jenis bakteri. Kalau kebersihan gigi dan gusi tidak dijaga, bakteri-bakteri tersebut bisa berkembang biak secara berlebihan dan menimbulkan infeksi. Dari situ, bakteri bisa ikut mengalir bersama darah dan memicu gangguan pada organ lain, termasuk jantung.
Salah satu contoh nyata adalah penyakit gusi (periodontitis). Ketika gusi meradang dan mengalami infeksi, jaringan di sekitarnya melemah. Bakteri yang menyebabkan peradangan itu bisa masuk ke pembuluh darah, lalu “menumpang” perjalanan menuju organ tubuh lain. Di dalam pembuluh darah, mereka bisa memicu peradangan baru dan menyebabkan penumpukan plak di dinding arteri. Akibatnya, aliran darah terganggu dan risiko serangan jantung maupun stroke meningkat drastis.
Hubungan antara penyakit gusi dan gangguan jantung ini bukan sekadar teori. Sejumlah penelitian menunjukkan adanya kaitan kuat di antara keduanya. Bakteri seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola diketahui dapat mempercepat pembentukan sumbatan di pembuluh darah. Bahkan, beberapa kasus endokarditis (infeksi pada katup jantung) diketahui berawal dari infeksi bakteri yang bersumber dari rongga mulut. Jadi, infeksi kecil di gusi bisa berdampak jauh hingga ke organ vital yang menjaga hidup kita.
Selain endokarditis, kesehatan mulut yang buruk juga dikaitkan dengan penyakit jantung lain seperti hipertensi, angina pectoris (nyeri dada akibat kekurangan oksigen pada jantung), bahkan gagal jantung. Ketika peradangan di mulut terjadi terus-menerus, tubuh akan memproduksi lebih banyak protein C-reaktif (penanda peradangan dalam darah). Kadar protein ini yang tinggi sering ditemukan pada penderita penyakit jantung. Artinya, peradangan di mulut bisa menjadi pemicu reaksi berantai yang berakhir pada gangguan jantung serius.
Yang menarik, hubungan gigi dan jantung ini bersifat dua arah. Orang yang memiliki penyakit jantung sering kali juga mengalami masalah di mulut, misalnya mulut kering akibat obat-obatan tertentu. Kurangnya air liur membuat mulut lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri. Jadi, menjaga kesehatan gigi bukan hanya upaya mencegah penyakit jantung, tapi juga penting bagi mereka yang sudah memiliki masalah jantung agar tidak memperburuk kondisinya.
Kabar baiknya, pencegahan masalah ini sebenarnya sangat sederhana. Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, menggunakan benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi, dan berkumur dengan antiseptik bisa membantu mengurangi jumlah bakteri jahat di mulut. Selain itu, kurangi konsumsi gula berlebih dan perbanyak minum air putih agar produksi air liur tetap optimal. Satu hal yang tak kalah penting: jangan malas kontrol ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, meskipun tidak merasa sakit.
Kalau kamu mulai mengalami tanda-tanda seperti gusi sering berdarah, bau mulut yang tidak hilang-hilang, atau gigi terasa goyang, jangan ditunda untuk memeriksakan diri. Gejala-gejala kecil itu bisa jadi sinyal awal adanya infeksi di rongga mulut yang berpotensi menyebar ke organ lain. Penanganan dini oleh dokter gigi bisa mencegah komplikasi serius yang mungkin berdampak pada jantung di kemudian hari.
Kesimpulannya, kesehatan gigi dan mulut bukan hanya soal penampilan atau rasa percaya diri. Lebih dari itu, gigi yang sehat ikut menjaga jantung tetap kuat dan berfungsi optimal. Jadi, mulai sekarang, jangan remehkan masalah kecil seperti gusi berdarah atau gigi berlubang. Karena siapa sangka, menjaga senyum sehat ternyata juga berarti menjaga detak jantung agar tetap bahagia. Ingat, Senyum sehat = Jantung sehat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

5 hours ago
1









































