Jakarta -
Januari lalu, viral di TikTok deepfake video wajah Presiden Prabowo Subianto. Netizen harus waspada dengan konten semacam ini, kenali bahaya deepfake.
Dalam video yang viral tersebut, Presiden Prabowo tampak sedang berpidato tentang program pembebasan utang. Di TikTok misalnya, hanya dengan mengetikkan kata kunci 'prabowo', akan muncul sejumlah video yang menampilkan Presiden ke-8 RI itu menawarkan bantuan dana yang akan dikirim secara langsung untuk masyarakat.
Meski sudah dipastikan bahwa video tersebut palsu, masih banyak masyarakat awam yang bisa tertipu dengan video olah audio visual seperti ini, dan video palsu semacam ini terus bermunculan di beragam platform medsos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahaya Deepfake
Dalam tulisannya di kolom detikcom, dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang Sugeng Winarno menjelaskan deepfake bekerja dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan teknik deep learning untuk memodifikasi atau menyusun ulang data visual atau suara asli dengan data palsu.
Dalam manipulasi video, teknologi ini dapat membuat seseorang terlihat seperti orang lain, atau memodifikasi tampilan dan gerakan wajah seseorang sehingga terlihat seolah-olah sedang mengucapkan sesuatu yang sebenarnya tidak diucapkan.
"Teknologi manipulatif ini juga banyak digunakan untuk membuat konten-konten hoaks. Foto dan video diolah sedemikian rupa sehingga persis dengan aslinya," tulis Sugeng dikutip dari detiknews.
Ia menyebutkan, manipulasi suara juga dengan gampang bisa dilakukan. Siapapun bisa berbicara dengan karakter suara orang lain yang dikehendaki.
"Kecanggihan manipulasi citra audio visual ini sangat rawan dan dapat memicu munculnya beragam konten palsu yang dapat merugikan orang lain," imbuhnya.
Gunakan Akal Sehat
Dalam banyak video deepfake yang beredar biasanya kalau diperhatikan dengan seksama video tersebut sering tak masuk akal. Seperti dalam video deepfake yang memanipulasi Presiden Prabowo, isi pesannya terlihat dilebih-lebihkan dan tak masuk akal.
"Seorang presiden tentu tak bisa dengan mudahnya membagi-bagikan uang untuk membayar utang banyak orang yang melapor kepadanya," kata Sugeng.
Ia menyarankan, untuk menggunakan akal sehat dalam menghadapi konten-konten semacam itu, apalagi jika secara visual dan audio tampak sulit dibedakan dengan orang aslinya.
"Video deepfake sering tak masuk akal. Mengedepankan akal sehat perlu dilakukan agar tak tertipu olah video semacam deepfake ini," ujarnya.
Tak kalah penting, kemampuan literasi digital pun perlu ditingkatkan. Menurut Sugeng, edukasi tentang deepfake dan hoaks sangat penting untuk mengurangi dampak kejahatan teknologi ini.
"Hal ini dapat membantu orang membedakan video palsu yang dibuat menggunakan teknologi deepfake. Meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat dengan membekali keterampilan yang diperlukan untuk memeriksa dan mengevaluasi sumber informasi dan memastikan kebenaran dari informasi tersebut," tambahnya.
(rns/rns)