REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana RSUD Sultan Thaha Saifuddin, Kabupaten Tebo, Jambi, terasa berbeda awal November 2025 lalu. Sejak pagi, para lansia tampak berdatangan. Sebagian diantar keluarga. Sebagian lain didampingi relawan. Mereka datang dengan satu harapan: bisa kembali melihat dunia dengan jelas.
Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, bekerja sama dengan Sentra Alyatama Jambi dan Perdami Jambi, menggelar Bakti Sosial Operasi Katarak bagi para lansia dari desil 1–5. Kegiatan ini menjadi puncak dari rangkaian yang telah dimulai sejak 9 Oktober, mencakup pendaftaran, skrining visus dan biometrik, hingga operasi serta pemeriksaan pascaoperasi.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Dari 201 calon pasien yang mendaftar dari Kabupaten Tebo dan Bungo, 115 di antaranya dinyatakan layak operasi. “Kesempatan seperti ini tidak semua daerah mendapatkannya. Ini hasil kolaborasi luar biasa antara Kemensos, Perdami, pemerintah daerah, hingga pihak swasta,” ujar Wakil Bupati Tebo, Nazar Efendi, saat membuka kegiatan tersebut.
Lebih dari Sekadar Operasi Mata
Bagi Nazar, kegiatan ini bukan hanya tentang pengobatan, melainkan juga bentuk nyata kepedulian lintas sektor.
“Kalau dilakukan mandiri, biayanya bisa mencapai Rp10 juta per pasien. Melalui kegiatan sosial ini, beban masyarakat berkurang dan harapan baru hadir bagi mereka yang sebelumnya mengalami gangguan penglihatan,” tuturnya.
Selain tindakan medis, kegiatan ini juga mencakup perbaikan fasilitas dasar seperti MCK, dapur, hingga dukungan untuk lansia kurang mampu. Dukungan lintas lembaga, termasuk pemerintah daerah, menjadi bukti nyata gotong royong sosial di Kabupaten Tebo.
Sinergi Pusat dan Daerah
Sekretaris Daerah Kabupaten Tebo, Dr. Sindi, menegaskan bahwa kegiatan ini selaras dengan visi daerah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. “Kami bersama-sama menghimpun data calon penerima. Alhamdulillah, hari ini ada 115 pasien yang bisa mendapatkan manfaat langsung,” jelasnya.
Ia menambahkan, Pemkab Tebo akan terus bersinergi dengan Kemensos untuk memperluas bantuan bagi lansia, termasuk perbaikan tempat tinggal melalui program Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi).
“Data penerima bantuan masih banyak. Kita akan lihat dan tetapkan berdasarkan skala prioritas agar semua lansia bisa hidup lebih produktif dan mandiri,” tambahnya.
Menekan Rasio Ketergantungan Lansia
Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Kemensos, Dr. Suratna, menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan arahan Menteri Sosial untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor.
“Operasi katarak ini bukan sekadar soal kesehatan mata, tapi juga soal martabat dan kemandirian. Dengan memulihkan penglihatan, para lansia dapat kembali beraktivitas dan membantu keluarganya,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, rasio ketergantungan lansia di Indonesia meningkat dari 15,16 persen pada 2020 menjadi 17 persen pada 2024. Upaya seperti ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk menekan angka tersebut secara berkelanjutan.
Delapan Dokter, Satu Misi
Kepala Sentra Alyatama Jambi, Hendra Permana, menyebut kegiatan ini melibatkan delapan dokter mata serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk Bank Jambi, Pegadaian, THC, BUMD, dan BSI.
“Kami memfasilitasi peserta dari daerah jauh dengan penginapan agar lebih nyaman. Selain operasi, juga ada perbaikan kamar mandi lansia dan bantuan usaha masyarakat,” jelasnya.
Hendra berharap program serupa terus berlanjut di daerah lain, sehingga kepedulian terhadap lansia semakin meningkat.
Melawan Kebutaan, Mengembalikan Percaya Diri
Menurut Ketua Perdami Jambi, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia. “Sekitar 80 persen kasus kebutaan disebabkan oleh katarak. Indonesia bahkan menjadi negara dengan angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara,” ujarnya.
Ia menekankan, operasi katarak tidak hanya memulihkan penglihatan, tetapi juga mengembalikan rasa percaya diri dan kemampuan produktif seseorang.
“Perdami siap terus bekerja sama dengan Kemensos untuk memberantas katarak di Indonesia,” tegasnya.
Cerita dari Tanah Sepenggal
Di antara ratusan pasien yang hadir, ada Hopsah (60) dari Kecamatan Tanah Sepenggal. Ia datang bersama anaknya, Ismail (37), dengan penuh harap.
“Kalau dari uang pribadi tidak mampu, jadi kami sangat bersyukur dengan adanya program ini,” kata Ismail sambil menggenggam tangan ibunya.
“Alhamdulillah, mudah-mudahan Nyai cepat sehat dan bisa melihat lagi,” ucapnya lirih.
Kisah sederhana itu menggambarkan esensi sesungguhnya dari kegiatan ini: mengembalikan cahaya, menumbuhkan harapan.
sumber : Antara

8 hours ago
2












































