Washington -
Presiden Donald Trump ngotot Apple memproduksi iPhone di Amerika Serikat. Namun CEO Apple, Tim Cook, sejauh ini berhasil menghindari keinginan sang presiden dengan strateginya.
Cook muncul di Gedung Putih bersama Trump untuk mengumumkan rencana investasi USD 600 miliar selama empat tahun di AS. Beberapa komponen Apple terpenting seperti kaca dan sensor pengenalan wajah, dibuat perusahaan-perusahaan AS yang telah lama bermitra dengan Apple.
Cook berkilah bahwa perakitan akhir hanyalah bagian kecil, meski sangat penting, dari produksi iPhone. "Perakitan akhir yang Anda fokuskan, itu akan dilakukan di tempat lain untuk sementara waktu," kata Cook yang dikutip detikINET dari CNBC, Jumat (8/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump tampak cukup senang, untuk saat ini. "Dia membuat banyak komponen di sini, dan kami telah membicarakannya. Semuanya sudah diatur di tempat lain, dan sudah ada di sana sejak lama, baik dari segi biaya maupun lainnya, tapi saya pikir kita mungkin memberinya insentif yang cukup sehingga suatu hari nanti dia akan menerapkannya kembali (ke sini)," cetus Trump.
"Para CEO sadar harus melakukan sesuatu dan yang mereka temukan adalah jika mereka memberi presiden sesuatu untuk dibanggakan tanpa menghancurkan perusahaan mereka, masalah tersebut mungkin akan hilang untuk jangka waktu tertentu," kata Peter Cohan, profesor kewirausahaan di Babson College.
iPhone Made in USA sulit direalisasikan
Apple menjual lebih dari 220 juta iPhone per tahun dan menurut perkiraan, sebanyak 9 dari 10 HP itu dibuat di China. Para pakar menilai memindahkan perakitan iPhone di AS sangat rumit dan mahal bagi Apple.
Menurut Eli Friedman, yang sebelumnya duduk di dewan penasihat akademis Apple, gagasan bahwa Apple dapat memindahkan operasi perakitannya ke AS adalah "fantasi belaka".
Dia mengungkap bahwa Apple sebelumnya telah membahas tentang diversifikasi rantai pasokannya dari China sejak 2013, saat dia bergabung dengan dewan, tetapi AS tidak pernah menjadi pilihan karena kesulitan yang menghadang.
"Lokasi baru yang paling penting untuk perakitan adalah Vietnam dan India. Namun, tentu saja sebagian besar perakitan Apple masih dilakukan di China," paparnya, dikutip dari BBC.
Rantai suplai dan manufaktur Apple di China dan negara lainnya sudah sedemikian canggih. AS belum punya fasilitas yang mirip dan juga tenaga kerja cukup.
"Kita kekurangan tenaga kerja parah dan telah kehilangan produksi dalam skala besar," kata Tinglong Dai, profesor bisnis di Universitas Johns Hopkins, yang mempelajari rantai pasokan global.
Sebagai gambaran, Foxconn yang merakit iPhone mempekerjakan 300 ribu pegawai di Kota Zhengzhou, tempat banyak iPhone diproduksi. Tim Cook juga mengatakan tahun 2017 bahwa Apple mengandalkan China bukan untuk tenaga kerja murah, tapi kualitas karyawan.
"Alasannya adalah karena keterampilan dan kuantitas keterampilan di satu lokasi, dan jenis keterampilan," katanya.
(fyk/fay)