Sidang Kasus Suap Eks Walkot Semarang, Bekas Camat Akui Ada Setoran

2 days ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Mantan Camat Gajahmungkur, Kota Semarang, Ade Bhakti Ariawan, mengaku pernah ikut mengantar penyerahan uang Rp350 juta kepada Kanit Tipikor Polrestabes Semarang dan Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri Kota Semarang.

Hal itu diungkap Ade Bhakti saat diperiksa sebagai saksi dalam kasus terkait dugaan suap mantan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Pengadilan Tipikor Semarang, Jawa Tengah, Rabu (4/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di hadapan majelis hakim tipikor, Ade mengaku menemani mantan Ketua Paguyuban Camat Kota Semarang, Eko Yuniarto, untuk menyerahkan uang tersebut.

Adapun rincian uang yang diberikan, kata dia, berdasarkan penjelasan Eko Yuniarto masing-masing Rp200 juta kepada Kanit Tipikor Polrestabes Semarang dan Rp150 juta kepada Kasi Intelijen Kejari Kota Semarang.

Saat penyerahan di Polresrabes Semarang, Ade mengaku hanya menunggu di luar ruangan. Yang masuk ke dalam ruang, sambungnya, adalah Eko Yuniarto.

"Waktu yang di kejari saya datang terlambat, Pak Eko sudah dengan Pak Iman," katanya dalam sidang dengan terdakwa Ketua Gapensi Semarang, Martono.

Dalam sidang yang dipimpin Hakim Ketua Gatot Sarwadi tersebut, Ade  menjelaskan runtutan pemberian uang kepada aparat penegak hukum yang disebut sebagai untuk memenuhi kebutuhan paguyuban camat pada April 2023 tersebut.

Ia menuturkan rangkaian pemberian itu bermula ketika dirinya akan menyerahkan uang Rp148 juta yang merupakan fee dari pekerjaan penunjukan langsung di Kecamatan Gajahmungkur kepada Martono.

Uang tersebut, kata dia, diserahkan kepada Lina yang merupakan staf Martono di PT Chimarder 777.

Menurut dia, uang Rp148 juta tersebut kemudian ditambahi Lina sekitar Rp180 juta.

Dari keterangan Eko, lanjut dia, pemberian semacam itu sudah rutin dilakukan.

Dalam persidangan, Ade Bhakti juga menjelaskan tentang proyek penunjukan langsung di 16 kecamatan yang disebut sebagai permintaan suami mantan Wali Kota Semarang Hevearita (Ita), Alwin Basri.

Ia mengatakan permintaan tentang proyek oleh Alwin Basri untuk dikerjakan Gapensi Semarang itu diketahui dari hasil pertemuan para camat di Kota Salatiga.

Menurut dia, dari permintaan anggar Rp20 miliar akhirnya disepakati pembiayaan untuk proyek penunjukan langsung sebesar Rp16 miliar.

Terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut, ia juga membenarkan tentang adanya fee sebesar 13 persen yang harus disetor kepada terdakwa Martono.

Namun, ia tidak mengetahui peruntukan fee yang diserahkan kepada Martono tersebut.

Ia juga menyebut para camat mau memenuhi permintaan proyek penunjukan langsung oleh Alwin Basri karena dianggap sebagai representasi Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu.

Atas kesaksian Ade Bhakti, terdakwa Martono membantah tentang ada perintah untuk memberikan uang kepada aparat penegak hukum.

"Saya tidak pernah memerintahkan untuk memberikan uang, karena itu untuk kebutuhan paguyuban," katanya.

(antara/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research