Perang Sudan Memasuki Tahun Ke-3, Jamaah Muslimin Serukan Dunia Islam Bertindak

6 hours ago 3

Pengungsi dari Sudan melakukan aksi protes di depan kantor UNHCR, Jakarta, Senin (3/11/2025). Dalam aksinya mereka menuntut pihak UNHCR untuk segera mengambil peran dalam menghentikan genosida yang terjadi di Sudan serta menjamin hak perlindungan keamanan bagi warga sipil. Konflik perang sipil yang terjadi di Sudan kini telah berlangsung selama lebih dari dua tahun dan eskalasinya terus meningkat. Terbaru, Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Force) RSF telah mengambil alih dan menyerbu wilayah el Fasher, Ibu Kota bagian Darfur Utara, dengan membunuh sebanyak 2.200 orang serta 390 ribu warga terpaksa mengungsi pada akhir Oktober lalu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perang yang berkecamuk di Sudan antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah memasuki tahun ketiga. Perang tersebut mengakibatkan penderitaan yang masif terhadap masyarakat sipil karena dibombardir, dikepung, kehilangan tempat tinggal, serta menghadapi kekurangan pangan, layanan medis, dan perlindungan jiwa. 

PBB melaporkan adanya krisis kemanusiaan terbesar di dunia ketika 24 juta jiwa dari total populasi Sudan yang berjumlah 50 juta jiwa mengalami kelaparan akut. Lebih dari 13 juta jiwa mengungsi dari kampung halamannya karena takut dibunuh dan terancam kelaparan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Imam Jamaah Muslimin, Yakhsyallah Mansur mengatakan, serangan yang dilancarkan RSF tanggal 29 Oktober 2025 di Darfour terutama di Kota Al-Fasher memperburuk situasi. Dalam tiga hari telah jatuh korban wafat 1.500 jiwa terutama dari warga yang sedang mengungsi. 

"Kawasan Darfour Utara dan sekitarnya dibumihanguskan. Tidak ada yang tersisa untuk tempat berlindung karena rumah sakit dan fasilitas umum telah dihancurkan semua. Sudan benar-benar tenggelam dalam bencana kemanusiaan yang dahsyat," kata Yakhsyallah kepada Republika, Senin (3/11/2025)

Yakhsyallah mengatakan bahwa pembunuhan massal di Al-Fasher menjadi babak terbaru dari perang saudara yang panjang. Peristiwa tersebut merupakan pertanda kehancuran moral, kemanusiaan dan punahnya hukum di Sudan. Para pemimpin kelompok bersenjata yang berseteru diduga mendapatkan dukungan dari pihak-pihak asing dan terlena dalam perebutan kekuasaan yang berdarah dan memilukan.

Berkenaan dengan krisis di Sudan tersebut, Jama'ah Muslimin (Hizbullah) menyampaikan pernyataan sikap sebagai berikut:

1. Kami mengutuk keras pembunuhan terhadap warga sipil oleh RSF dan atau pihak-pihak terkait yang sudah bernuansa “genosida”. Hal tersebut merupakan kezaliman yang sangat nyata, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Alquran: "Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS Al-Ma’idah Ayat 32).

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research