Jakarta, CNN Indonesia --
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mempunyai sejumlah pertanyaan besar terkait konferensi pers kepolisian soal hasil tes DNA yang menyimpulkan temuan dua kerangka manusia di Gedung Astra Credit Companies (ACC) Kwitang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu identik dengan Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid.
Reno dan Farhan dilaporkan hilang pascagelombang demo akhir Agustus lalu.
Konferensi pers hasil tes DNA yang digelar di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/11) siang itu terlihat dihadiri pula pihak keluarga korban, Komnas HAM, dan KontraS. Koordinator KontraS Dimas Bagus Arya yang juga hadir mengatakan sejak awal ada temuan dua kerangka manusia di gedung ACC Kwitang itu, polisi sudah menelurkan dugaan itu adalah Reno dan Farhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, katanya, dia ditelepon Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKBP Putu Cholis Aryana perihal temuan dua kerangka tersebut. Saat itu, terang Dimas, Putu langsung menyebut dugaan kerangka tersebut adalah Reno dan Farhan.
"Ketika kami mendapatkan informasi penemuan kerangka di tanggal 30 Oktober oleh pihak PMJ, lalu PMJ juga sudah mulai menggunakan bahasa bahwa ini kemungkinan besar adalah kerangka milik Reno dan juga Farhan," kata Dimas di RS Polri Kramat Jati.
"Kami waktu itu langsung bertanya, kenapa langsung jump into conclusion atau langsung menuju kesimpulan bahwa dua kerangka yang ditemukan di Gedung ACC Kwitang itu adalah kerangkanya Farhan dan Reno," sambungnya.
Padahal, Dimas mengatakan KontraS dalam dua bulan pencarian selalu meminta kepada kepolisian untuk memberikan perkembangan berkala kepada keluarga korban.
Adapun yang menjadi tanda tanya besar, terang Dimas, adalah saat kepolisian terlebih dahulu menyatakan sudah mengidentifikasi keberadaan Reno dan Farhan di lokasi pembakaran sejumlah fasilitas umum yang ada Jakarta Pusat yakni di Kwitang, Senen, dan Salemba.
Dimas mengatakan tak hanya Gedung ACC saja yang terbakar atau dibakar saat demonstrasi terjadi. Ada sejumlah fasilitas yang menjadi sasaran kerusakan seperti halte TransJakarta Senen, serta pos polisi dan Kantor Gegana di Salemba.
"Kenapa kemudian polisi langsung menyimpulkan ketika tanggal 30 Oktober ada penemuan kerangka, mereka langsung menyebut bahwa itu adalah kerangka milik Farhan dan juga Reno. Itu yang menurut kami masih perlu dijelaskan lebih lanjut di kepolisian," katanya.
Dia juga menyinggung aktivitas Puslabfor Bareskrim Polri yang melakukan pemeriksaan TKP Gedung ACC untuk mencari tahu penyebab kebakaran. Saat itu, tak ditemukan kerangka manusia di sana.
Sementara temuan dua kerangka itu baru terjadi dan dilaporkan oleh Tim Inspeksi PT QIES (vendor) yang memeriksa Gedung ACC pada 30 Oktober 2025 atau sekitar sebulan pascagelombang demo akhir Agustus lalu.
Dari petunjuk aroma di sekitar Underwriting Room lantai 2, disebut ditemukan dua kerangka manusia yang tertutup puing reruntuhan plafon dan barang.
"Kenapa ketika melakukan uji laboratorium untuk mencari titik api juga tidak ditemukan soal kerangka yang ada di lantai dua (Gedung ACC) itu ya, unit Underwriting Room," tutur Dimas.
"Nah, yang sebenarnya juga masih mau kami tanyakan adalah, apakah polisi yakin betul apakah dua kerangka ini itu sudah ada sejak tanggal 29 (Agustus) ketika gedung itu kebakar? Apakah tidak ada kemungkinan lain, misalnya, karena tadi polisi bilang semenjak tanggal 19 (September) setelah dilakukan uji forensik untuk mencari titik api, police line sudah dilepas, tidak ada lagi penjagaan di situ," sambungnya.
Pertanyaan lain yang disampaikan Dimas mengenai ponsel milik Farhan.
Polisi menjelaskan hasil analisis penelusuran jejak komunikasi dan digital Farhan pada periode 3-23 September 2025 didapatkan ponsel Farhan digadaikan sebelum peristiwa kerusuhan pecah di Kwitang.
Dimas bertanya-tanya mengapa polisi tidak menjelaskan apakah ada pengambilalihan akun media sosial ketika ponsel Farhan berpindah tangan.
"Itu yang juga menjadi tanda tanya besar," katanya.
Sebelumnya RS Polri menyimpulkan dua kerangka manusia yang ditemukan di Gedung AAC Kwitang, identik dengan Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid.
Gedung itu berada tak jauh dari Mako Brimob Jakarta di Kwitang. Mako Brimob jadi sasaran gelombang demo setelah rantis pasukan polisi yang mengawal aksi di depan DPR melindas ojol Affan Kurniawan hingga berujung kematian.
"Nomor post-mortem 0080 cocok dengan antemortem 002 sehingga teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo anak biologis dari Bapak Muhammad Yasin," kata Karo Labdokkes Polri Brigjen Sumy Hastry Purwanti dalam konferensi pers di RS Polri, Jumat s iang.
"Nomor post-mortem 0081 cocok dengan antemortem 001 sehingga teridentifikasi sebagai Muhammad Farhan Hamid anak biologis dari Bapak Hamidi," sambungnya.
Hal itu, kata dia, berdasarkan hasil identifikasi primer pada gigi dan tulang. Kemudian cocok pula dengan antemortem atau data kesehatan sebelum kematian.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramat Jati Brigjen Pol Prima Heru Yulihartono mengatakan dua kerangka manusia itu tiba di tempatnya untuk diperiksa pada 30 Oktober lalu.
Waktu kematian dari saat pemeriksaan sudah lebih dari 1 bulan.
"Terima kasih kepada seluruh pihak yang terus membantu termasuk pihak keluarga yang telah mengirim ante-mortem," kata Prima.
(ryn/kid)

3 hours ago
1












































