Fesyar Jawa 2025 Jadi Episentrum Ekonomi Syariah

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Regional Jawa 2025 kembali digelar di Masjid Al-Akbar Surabaya, 12–14 September. Dari Kota Pahlawan inilah Bank Indonesia (BI) menguatkan pesan besar, menjadikan ekonomi syariah sebagai sumber pertumbuhan baru yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Tahun ini, Fesyar Jawa menargetkan business matching Rp25 miliar untuk pembiayaan dan Rp10 miliar untuk perdagangan. 

“Alhamdulillah, hingga 14 September, total penjualan mencapai Rp6,8 miliar, komitmen pembiayaan melalui temu bisnis (business matching) sebesar Rp29,66 miliar, dan komitmen perdagangan sebesar Rp25,66 miliar,” ujar Kepala Perwakilan BI Jatim, Ibrahim.

Capaian ini mempertegas posisi Surabaya yang memiliki tempat istimewa dalam perjalanan ekonomi syariah Indonesia. Pada 2014, kota ini menjadi saksi lahirnya Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF). Sejak saat itu, ekosistem ekonomi syariah terus tumbuh, membesar, dan dikenal luas.

Tak heran Fesyar kemudian direplikasi di berbagai regional, tetapi Jawa Timur tetap menjadi episentrum. Dari pesantren, UMKM halal, hingga industri halal modern, Jawa Timur menjadi ruang lahirnya gagasan dan praktik ekonomi syariah yang kini mendunia.

“Konsep acara tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya, tetapi tentu ada penguatan dan penyesuaian yang terus kami lakukan. Ini berkat konsistensi, inovasi, dan sinergi dari Bank Indonesia bersama para pihak, khususnya di Jawa Timur dan Jawa secara umum. Ekosistem terus meningkat, baik dari sisi demand maupun supply,” kata Ibrahim.

Sinergi inilah yang kemudian diwujudkan melalui tema besar Fesyar 2025: “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Regional: Pertumbuhan, Inklusi, dan Digitalisasi.” Tema itu diturunkan dalam program “Satu Gerbang”, akronim dari Sinergi, Amanah, Tumbuh, Unggul.

“Satu Gerbang ini kita maknai sebagai Sinergi, Amanah, Tumbuh, Unggul, yaitu gerakan ekonomi syariah regional Jawa yang bangkit. Dengan demikian, Fesyar bukan sekadar seremoni, tetapi wadah gerakan bersama semua pemangku kepentingan seperti otoritas, pelaku usaha, maupun masyarakat,” tegas Ibrahim.

Pilar Satu Gerbang terdiri atas Halalan yang mencakup hilirisasi industri halal, sertifikasi RPH halal, dan Zona Kuliner Halal; Siaga yang menekankan penguatan pembiayaan syariah serta Gerakan Sadar Wakaf; dan Cemerlang yang berfokus pada literasi ekonomi syariah generasi muda.

Potensi Jawa Timur dalam hal ini sangat besar. Dengan 4.450 pesantren dan 566 ribu santri, wilayah ini memiliki modal sosial dan kultural yang kuat. Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI, Imam Hartono, menegaskan pesantren bukan hanya pusat ilmu, melainkan juga pusat pemberdayaan ekonomi umat.

“Pesantren diberdayakan bukan hanya sebagai pusat ilmu, tetapi juga pusat ekonomi umat. Pesantren dapat mengembangkan koperasi syariah, agribisnis halal, hingga digitalisasi usaha santri sehingga menjadi bagian dari rantai nilai halal,” ujarnya.

Untuk memperkuat peran itu, BI menyiapkan enam inisiatif strategis yakni Gerbang Santri, Jawara Ekspor, Gemah Halal, Sapa Syariah, Kanal Ziswaf, dan Lentera Emas. Program ini dirancang untuk memperluas akses pembiayaan, mempercepat sertifikasi halal, serta memperkuat literasi masyarakat.

“Inisiatif ini adalah strategi bersama untuk memperbanyak pelaku ekonomi syariah, memperluas pembiayaan inklusif, dan mempercepat literasi ekonomi syariah,” tambah Imam.

Upaya ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menilai sumber daya manusia syariah masih menjadi tantangan yang perlu segera dijawab.

“Sebetulnya PR kita hari ini adalah bagaimana yang sudah punya level-level syariah dipastikan mereka punya basic academic yang juga berbasis syariah. Jadi misalnya islamic finance. Rasanya harus ditambah, dikuatkan, dan seterusnya,” ujarnya.

Selain itu, Khofifah juga menekankan pentingnya percepatan Rumah Potong Hewan (RPH) halal dan Rumah Potong Unggas (RPU) halal. “Kalau ini Gerbang Santri dari Jawa untuk Indonesia, menurut saya Gerbang Santri dari Jawa untuk dunia. Insya Allah,” katanya.

Rangkaian kegiatan Fesyar sendiri meliputi showcasing, edukasi, business matching, dan kompetisi. Melalui kegiatan ini, produk halal lokal dipertemukan dengan pembeli potensial mancanegara, mulai dari Arab Saudi, Singapura, hingga Turki.

Semua rangkaian ini merupakan bagian dari Road to ISEF 2025 yang puncaknya akan digelar di Jakarta, 8–12 Oktober mendatang. Dari Surabaya, pesan inklusif ini digaungkan untuk Indonesia dan dunia. Bagi Bank Indonesia, Fesyar bukan sekadar perayaan. Ia adalah gerakan kolektif untuk menguatkan pesantren, memberdayakan UMKM, memperluas akses pembiayaan, serta membawa produk halal Indonesia ke panggung global. Dari Jawa, ekonomi syariah tumbuh, menumbuhkan, dan memberi manfaat bagi semua.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research