Surabaya, CNN Indonesia --
Walio Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan praktik prostitusi yang baru-baru ini diamankan di kawasan eks lokalisasi Dolly, sebenarnya terjadi secara terselubung di rumah-rumah kos.
Karena itu ia membantah bila Dolly disebut bangkit dan beroperasi kembali. Menurutnya wisma-wisma yang dulu jadi lokasi transaksi prostitusi, kini telah tutup dan berganti jadi tempat Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM).
"Dolly-nya clear, aman, karena di sana sudah ada tempat-tempat usaha yang berjalan, seperti sentra sepatu. Ini (penindakan praktik asusila) adanya di kos-kosan," kata Eri Cahyadi, Senin (24/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eri mengungkapkan, pelaku prostitusi yang terjaring razia sebagian besar pun bukan merupakan warga Surabaya. Pelaku yang terbukti bukan ber-KTP Surabaya akan segera dipulangkan setelah menjalani pembinaan di selter milik Pemkot.
"Yang ditangkap di Dolly kemarin, akan kami lakukan pengecekan dia orang Surabaya apa bukan. Apabila terbukti sebagai warga Surabaya akan dilakukan pembinaan supaya tidak melakukannya kembali, tapi kalau bukan orang Surabaya maka akan kami koordinasikan dengan daerah asal," ujarnya.
Untuk mengantisipasi praktik prostitusi bangkit dengan terselubung di kawasan eks lokalisasi Dolly, Eri mengatakan, Pemkot bersama DPRD tengah menyusun Peraturan Daerah (Perda) tentang Rumah Kos dan Kos-kosan.
Politikus PDIP ini menyebut, aturan baru ini akan secara ketat melarang kos campur antara laki-laki dan perempuan di wilayah permukiman untuk menjaga moral, dan ketertiban lingkungan.
"Kalau di permukiman, kos-kosannya tidak boleh bercampur. Kalau campur, itu nanti bisa ditiru anak-anak kecil. Ini yang tidak boleh. Jadi, kos laki-laki harus laki-laki semua, perempuan harus perempuan, kalau rumah tangga harus beda lagi areanya," ucapnya.
Eri pun meminta peran serta warga untuk menjaga lingkungannya. Yakni dengan tidak menyewakan kos-kosan kepada orang yang dicurigai dan segera melaporkan aktivitas mencurigakan kepada Pemkot dan pihak berwajib.
"Jadi, kami meminta warga juga aktif menjaga kampungnya dan melaporkan pada petugas apabila ada gelagat mencurigakan (praktek prostitusi terselubung)," tegasnya.
Selain melakukan pengawasan, Pemkot Surabaya juga tengah melakukan evaluasi agar sentra UMKM dan wisata edukasi di eks lokalisasi Dolly kembali ramai, sehingga warga bisa memiliki kegiatan yang positif dan menghasilkan.
"Kita tidak ingin Pemkot yang menggerakkan, tapi pemuda di sana (Karang Taruna) yang menempati dan menggerakkan wisata edukasinya supaya mereka juga ikut memiliki dan menjaga," pungkasnya.
Sebelumnya, eks lokalisasi Dolly, yang berada di Jalan Putat Jaya Timur, Kecamatan Sawahan, Surabaya dikabarkan kembali beroperasi kembali. Aparat kepolisian pun melakukan penggerebekan dan menangkap empat orang, Sabtu (15/11) dini hari lalu.
Empat orang yang ditangkap yakni Harsono dan Daud yang merupakan muncikari, kemudian LA serta satu perempuan di bawah umur selaku pekerja seks komersial (PSK). Polisi juga menyita barang bukti berupa ponsel dan uang ratusan ribu. Sementara di kamar, aparat menemukan alat kontrasepsi atau kondom.
"Kita amankan empat orang, dua muncikari, dan dua pekerja seks komersial. Di antara empat orang tersebut salah satunya ada anak di bawah umur," ucapnya.
Saat ini, satu anak di bawah umur diserahkan ke Satpol PP Pemkot Surabaya untuk dilakukan rehabilitasi dan perlindungan sosial di rumah perubahan Pemkot Surabaya. Sedangkan pelaku lain saat ini disangkakan Pasal 46 dan atau Pasal 37 Perda Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2020, tentang Perubahan atas Perda Nomor 2 Tahun 2014, tentang penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
(frd/dal)

3 hours ago
3










































