Sindikat Narkota Terbesar di RI : Freddy Budiman - Fredy Pratama

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Narkoba menjadi masalah serius yang sangat meresahkan masyarakat. Terkhusus di Indonesia yang kerap menjadi sasaran peredaran narkoba dari jaringan internasional.

Baru-baru ini, Bareskrim Polri mengungkap 80 kasus peredaran gelap narkoba sepanjang September-Oktober 2024. Ada 136 136 pelaku ditangkap dalam pengungkapan ini.

Melansir Detik News, Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada menyebutkan pengungkapan itu merupakan Asta Cita dari Presiden Prabowo Subianto, yakni untuk memperkuat reformasi politik, hukum dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi, narkoba dan penyelundupan. Pengungkapan kasus ini juga tindak lanjut arahan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

"Menindaklanjuti arahan dari Bapak Presiden RI dan Bapak Kapolri tersebut, Bareskrim Polri bersama-sama dengan Polda jajaran dan instansi terkait dalam kurun waktu dua bulan telah melaksanakan joint operation pengungkapan 80 perkara yang di antaranya merupakan 3 jaringan narkoba internasional," kata Wahyu dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (1/11/2024).

Adapun jaringan narkoba yang berhasil diungkap di antaranya jaringan yang dikendalikan oleh gembong narkoba Fredy Pratama dan dua jaringan internasional lainnya.

Jaringan narkoba Fredy Pratama Escobar Indonesia

Sindikat narkoba Fredy Pratama adalah salah satu sindikat narkoba terbesar di Indonesia.

Fredy Pratama dikenal sangat licin dalam bersembunyi. Meskipun diketahui berada di Thailand, bos sindikat narkoba asal Kalimantan ini masih bisa mengendalikan bisnis narkobanya di Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Paling baru, pada Oktober lalu, Bareskrim berhasil menyita barang bukri dari tangan pelaku yang terafiliasi gembong narkoba ini berupa sabu sebanyak 1,07 ton, ganja sebanyak 1,12 ton, serta ekstasi 357.731 butir.

Ada juga pil happy five sebanyak 6.300 butir, ketamine 932,3 gram, double LL 127.000 butir, dan kokain 2,5 kg. Kemudian, tembakau sintetis 9.064 gram, hasish 25,5 kg, MDMA 4.110 gram, mepherdrone 8.157 butir, dan happy water sebanyak 2.974,9 gram.

Jika ditelusuri kasusnya, berdasarkan data Imigrasi, Fredy Pratama tercatat meninggalkan Indonesia sejak satu dekade silam, terkait keterlibatannya dalam perdagangan narkoba yang melibatkan jaringan internasional.

Kemudian, pada 2016 lalu Ia mengelola aset keuangannya untuk dikirim ke luar negeri melalui rekening keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Penyidikan dan operasi gabungan kemudian dilakukan Bareskrim Polri bersama berbagai instansi terkait dan lembaga internasional, seperti Polisi Kerajaan Malaysia, Royal Malaysian Customs Department, Polisi Kerajaan Thailand, dan US-DEA.

Telusuran dari 2020 - 2023 lalu ada sebanyak 408 laporan polisi diungkap dengan 884 tersangka yang terlibat. Sedangkan, dalam operasi Escobar Indonesia yang dimulai pada Mei 2023, ada 39 tersangka yang berhasil ditangkap.

Jaringan kriminalisasi narkoba Freddy Budiman

Selanjutnya, ada sindikat Freddy Budiman yang pernah tercatat menjadi gembong narkoba terbesar di Indonesia.

Pertama kali Ia terjerat kasus narkoba pada 1997 silam yang membuat dipenjara di Lapas CIpinang. Kemudian, Ia tertangkap lagi pada 2009 dengan 500 gram sabu dan divonis penjara selama 3 tahun 4 bulan.

Sayangnya, pada 2013, meski Freddy dipenjara, Ia tetap licin mengedarkan narkoba, bahkan mendirikan pabrik sabu yang setiap kali produksi menghasilkan dua kilogram sabu.

Pada akhirnya, Freddy Budiman dieksekusi mati di Nusakambangan, Jawa Tengah pada 29 Juli 2016.

CNBC INDONESIA RESEARCH .

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research