Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi masih akan dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam beberapa hari mendatang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut musim hujan di Indonesia pada awal 2025 tengah berlangsung dan diprediksi akan berlangsung hingga akhir Maret 2025.
BMKG juga mengatakan bahwa beberapa daerah dengan pola hujan monsunal mungkin masih mengalami hujan hingga April atau awal Mei 2025.
Secara umum, puncak musim hujan tahun ini diprediksi akan terjadi pada Januari hingga Februari 2025.
"Puncak musim hujan secara umum diprediksi terjadi pada Januari hingga Februari 2025," ujar BMKG dalam laporannya.
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan oleh BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, yaitu antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.
Foto: Suasana kondisi banjir di Sentani, provinsi Papua, Indonesia. Minggu, 17 Maret 2019. Ist Media Sosial Edward Hehareuw/ via Reuters
REFILE - ADDING RESTRICTIONS A general view shows the aftermath of a flood in Sentani, Papua province, Indonesia March 17, 2019, in this still image from a video obtained from social media. Edward Hehareuw/via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT. NO RESALES. NO ARCHIVES. MUST NOT OBSCURE LOGO
Sekitar 67% wilayah diperkirakan menerima curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun (kategori tinggi), termasuk sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Riau bagian barat, Kalimantan, Sulawesi tengah dan selatan, hingga Papua.
Sementara itu, 15% wilayah diperkirakan mengalami curah hujan di atas normal, seperti di Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Papua bagian tengah. Di sisi lain, 1% wilayah, termasuk Sumatera Selatan bagian barat dan Maluku Utara, diprediksi mengalami curah hujan di bawah normal.
BMKG juga mengingatkan masyarakat mengenai potensi peningkatan curah hujan sebesar 20-40 persen akibat fenomena La Nina Lemah. Fenomena ini diperkirakan berlangsung hingga Maret atau April 2025.
La Nina sendiri adalah fenomena iklim global yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik mendingin lebih dari biasanya.
"Kami mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapinya karena fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Perbedaan La Nina dan El Nino
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Indonesia saat ini tengah memasuki periode La Nina, meski kondisinya terbilang masih lemah.
Umumnya, fenomena anomali cuaca dibagi menjadi dua jenis yakni La Nina dan El Nino. Baik La Nina maupun El Nino, keduanya merupakan cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi iklim global. Ada sederet perbedaan El Nino dan La Nina.
El Nino dan La Nina merupakan bagian dari fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO), yang terjadi akibat interaksi yang kompleks antara atmosfer dan samudera di kawasan Pasifik.
El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut menjadi lebih hangat, sedangkan La Nina terjadi ketika suhu permukaan laut menjadi lebih dingin.
Meskipun keduanya terkait dengan perubahan suhu dan pola curah hujan di berbagai wilayah, mereka memiliki karakteristik yang berbeda.
Berikut perbedaan La Nina dengan El Nino, baik dari segi definisinya maupun penyebabnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)